Lihat ke Halaman Asli

Dari Plato Hingga Anand Krishna

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Sepertinya sayalah yang pertama berpendapat bahwa Asia Tenggara merupakan cikal bakal unsur-unsur peradaban Barat. . . Tumbuhnya peradaban kuno di Timur Tengah berakar dari tenggelamnya pantai-pantai Asia tenggara . . . Apa yang tersisa sekarang dari Asia Tenggara hanya dapat selintas mengindikasikan Eden yang pernah ada” (Prof. Stephen Oppenheimer – Ahli Genetika / Peneliti DNS)

Plato adalah salah seorang murid Socrates, seorang bijak yang kemudian mati karena diracun oleh penguasa Athena, hal ini terjadi karena Socrates mengkritisi para pemuka agama pada waktu itu yang berkutat dengan dogma dan persembahan semu tanpa mengetahui makna dibalik ritus keagaman yang mereka lakukan.

Semenjak kematian Gurunya tersebut, Plato sering melakukan perjalanan, bahkan hingga ke Mesir. Ketika kembali ke Athena Plato kemudian mendirikan Academy pendidikan ilmu pengetahuan dan filsafat, yang kemudian menjadi model universitas dimasa mendatang. Salah seorang murid yang terkenal yang dilahirkan oleh Academy tersebut adalah Aristoteles yang pemikirannya hingga saat ini masih menduduki tempat di dalam dunia ilmu pengetahuan modern. Banyak karya-karya Plato yang ‘diselamatkan’ oleh Aristoteles dan diteruskan ke genaris berikutnya, bahkan hingga kini. Salah satunya adalah Timeasus dan Critias, karya Plato inilah yang memuat refrensi tentang Atlantis.

Melalui buku tersebutlah kemudian menginpirasi Prof. Dr. Aryo Santos untuk tetap melakukan penelitian selama 30 tahun mengenai keberadaan Atlantis, hasil penelitiannya tersebut tertuang di dalam buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization.

Bajir Besar Sebagai Pemusnah Dan Pewaris Sebuah Peradaban

Plato sendiri menyebut-nyebut peristiwi bencana besar yang menyebabkan banjir besar (tsunami) yang menenggelamkan Atlantis, dan disinilah 2 pemikiran beda jaman bertemu. Anand Krishna melalui program pembelajaran jarak jauhnya (e-learning), Program Ancient Indonesian History and Culture, memulai penelusurannya.

Anand memulainya dari peristiwa banjir besar tersebut, namun dengan pendekatan yang sama sekali berbeda. Discovery Chanel pernah menayangkan perihal banjir sebagai pemusnah sebuah peradaban dan sebagai pewaris sebuah peradaban, termasuk di dalamnya peristiwa Nuh dimana banjir memusnahkan sebuah peradaban namun melahirkan sebuah peradaban baru dengan mewarisi pengetahuan dan kebijaksanaan dari mereka yang selamat dan mengungsi dari banjir tersebut, yang kemudian membangung kehidupan di lahan yang baru.

Sebagai seorang spiritualis Anand Krishna melakukan pendekatan yang berbeda, sehingga banyak code-code dari sebuah peristiwa sejarah yang di de-code oleh Anand dan melahirkan sebuah pemahaman baru yang penuh dengan warna. Dan disinilah yang sebenarnya harus terjadi ketika seseorang mempelajari sebuah sejarah, tidak hanya mendapatkan fakta, melainkan berhasil menemukan kebijaksanaan dari sebuah peristiwa sejarah itu sendiri. Dan inilah yang sedang dilakukan oleh Anand Krishna lewat program online Ancient Indonesian History and Culture, mempelajari sejarah leluhur untuk menemukan kembali kebijaksanaan leluhur. Banyak cerita legenda yang di de-code oleh Anand dan menghasilkan sebuah pemahaman yang dapat memperkaya wacana intelektual kita, namun tidak hanya sampai di situ dengan gemulainya Anand mengajak untuk menyusuri lebih dalam lagi dengan mempertajam intelejensia untuk kembali menemukan mutiara kebijaksanaan leluhur bangsa.

“Setiap kisah kehidupan yang dilegendakan merupakan ampas kejadian sesungguhnya yang dapat berakibat pada pembungkusan cerita sehari-hari dengan kacamata legenda “ (James Baldwin – American Novelis / Civil Rights Activis)

Sumber : Program Ancient Indonesian History and Culture [http://www.oneearthcollege.com/]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline