Lihat ke Halaman Asli

Diskusi Bulanan “Religiusitas yang Tiba Pada Titik Nadir”

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

24 September 2011 diadakan acara diskusi rutin bulanan di padepokan One Earth One Sky One Humankind, Ciawi. Dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai kampus terkemuka dan pembicara Saras Dewi, seorang dosen filsafat UI dan pengajar filsafat Upanishad. Acara diskusi dimoderatori oleh David Ezsar Purba.

Saras Dewi mengeluarkan tajuk “Prahara Patung” dalam pembahasannya, Saras Dewi mengatakan untuk melihat sebuah permasalahan dan mencari solusinya, maka kita harus dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat.

Perobohan patung atau tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama di sebabkan karena ketidaktahuan terhadap suatu nilai-nilai tertentu yang disampaikan lewat symbol-symbol atau patung. Ketidaktahuan ini berasal dari ketidak mau tahuan, semua terjadi karena mereka menutup diri dari nilai-nilai yang diluar apa yang mereka yakini, dan hal inilah yang kemudian menjadikan mereka sebagai kelompok garis keras.

Dari waktu ke waktu kelompok garis keras ini selalu merasa terancam terhadap nilai-nilai diluar dari apa yang mereka yakini, sehingga keterancaman tersebut yang membuat mereka ingin menghancurkan, ingin menyingkirkan apa yang mereka anggap sebagai nilai-nilai diluar keyakinanya tersebut. Bagi mereka itu adalah bentuk dan wujud dari ekpresi dalam membela identitas mereka, dan semua itu berasal dari ketidak tahuan dan ketidak mau tahuan mereka terhadap nilai-nilai diluar dari apa yang mereka yakini.

Ilmu Pengetahuan Sebagai Solusi Dalam Mengatasi Kebuntuan

Saras Dewi menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah satu-satunya cara untuk mengatasi kebuntuan komunikasi, hanya dengan ilmu pengetahuan kita semua dapat mengasah pikiran kita. Sehingga dapat melakukan analisa-analisa dengan pendekatan akal, sehingga kita semua dapat menyadari bahwa kita semua adalah sama-sama penghuni bumi dan memandang perbedaan sebagai sebuah anugerah.

Saras Dewi juga melakukan diskusi dengan mahasiwa berupa tanya jawab, sehingga semua yang hadir kian memahami betapa pentingnya menggunakan akal untuk menggali ilmu pengetahuan sehingga tidak menjadi manusia yang terkungkung oleh kebodohan yang hanya mampu melihat dengan sempit arti dari sebuah kebenaran.

Permasalahan Teologis Harus Diselesaikan Dengan Dialog

Sebagai penutup Anand Krishna memberikan wejangan singkat, yaitu bahwa kita memilki permasalahan dalam pengkajian teologis dan itu semua harus diselesaikan dengan dialog. Karena menurut Anand, fanatisme akan selalu melahirkan radikalisme. Dan untuk mengatasi fanatisme hanya dapat dilakukan dialog dengan keterbukaan.

Senada dengan Saras Dewi, Anand juga mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus terus digali dengan menggunakan akal, sehingga manusia dapat terus berkembang pemahamannya.

Kesan Mahasiswa Terhadap Padepokan One Earth One Sky One Humankind

Di salam sesi sharing para mahasiswa menyatakan kesan takjubnya terhadap padepokan One Earth dimana semua dapat duduk dan berbagi rasa, dimana sekat-sekat keagamaan yang selama ini dibangun dan dipelihara diluar sana dapat diruntuhkan di dalam sini.

Mereka gembira dan merasa ingin kembali lagi untuk mengikuti diskusi dan belajar mengapresiasi perbedaan sebagai bentuk dari anugerah Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline