Lihat ke Halaman Asli

Food, Inc: Ketika Keserakahan Menguasai Industri Makanan Dunia

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_145093" align="aligncenter" width="640" caption="Poster film Food, Inc. (www.foodincmovie.com)"][/caption]

Jumat, 25 November 2011. Di padepokan One Earth One Sky One Humandkind diputar film berjudul Food, Inc. Food, Inc adalah film dokumenter yang diproduksi pada tahun 2008. Film ini berhasil menebar kontroversi dan juga menampar wajah industri makanan di Amerika. Film ini menerangkan bagaimana  produk olahan dari daging dihasilkan, tidak hanya sampai disitu film ini menelusuri hingga keperternak, dimana asal dari daging itu diproduksi.

Yang sangat memuakan adalah dimana ketika industri sudah merambah hingga keperternak, tiada lain yang dipikirkan terkecuali meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, peternak-peternak ini awalnya sengaja diberi pinjaman modal, kemudian karena tidak mampu membayar maka mereka diperas untuk memenuhi mau industry makanan ini dalam menghasilkan olahan daging. Peternak-peternak ini tidak lagi memikirkan kualitas ternaknya yang merupakan bahan dari daging olahan, melainkan menggunakan segala macam cara agar ternaknya dapat cepat gemuk dan dipanen dalam waktu yang singkat.

Disebuah peternakan ayam, ayam-ayam yang baru menetas dimasukan ke dalam kandang tanpa cahaya, gelap gulita. Ayam-ayam itu hidup hanya untuk makan dan minum saja, mereka tumbuh hingga kegemukan, bahkan jika ada ayam yang jatuh terlentang ayam itu tidak akan mampu berbalik untuk kembali beridiri, ayam-ayam itu akan mati sambil terlentang saking gemuknya.

Hewan ternak ini sudah tidak lagi hidup alami, pekerjaan mereka hanya makan dan makan saja agar bobot tubuhnya dapat cepat mencapai target untuk dipanen. Makanan yang  hewan ternak ini makan-pun tidak sudah alami lagi, hewan ternah macam sapi seharusnnya memakan rumput. Namun di dalam perternakan yang sudah dikuasai oleh industri makanan ini ternak-tenak ini disuguhi makanan olahan yang di dalamnya juga mengandung daging, dan hal ini-lah yang kemudian membuar kwalitas daging ternak tersebut menjadi dibawah standard bahkan cenderung sudah tidak sehat lagi.

Manakala ternak macam sapi, kambing dan lain sebagainya sudah tidak memakan rumput, maka tubuhnya akan memproduksi bakteri E.coli yang dapat membunun manusia. Namun industry makanan ini tidak peduli, mereka tetap menjalankan sistemnya untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Daging-daging yang berasal dari pertenakan industrial inilah yang pada akhirnya membuat masyrakat menjadi kegemukan dan sakit, produk daging menjadi produksi masalh hanya dengan $1 masyrakat sudah bisa menikmati makanan dengan olahan daging, misalnya burger. Di Indonesia sendiri hanya dengan Rp. 15.000, kita sudah bisa menikmati burger dan kentang goreng. Tak aneh jika harganya menjadi begitu murah, karena system pengolahannya yang sama sekali tidak memperdulikan kesehatan.

Sapi sehat atau sapi sakit semua masuk ke dalam mesin pengolahan dipotong dan digiling untuk  kemudian diproduksi menjadi berbagai macam bentuk bahan makanan olahan hingga daging segar. Produk-produk itu tidak hanya dinikmati di amerika melainkan juga di export ke seleluruh penjuru dunia. Keuntungan seperti inilah yang kemudian membuat industri-industri makanan ini menjadi kuat karena memiliki uang yang sangat banyak.

Namun seberapapun gencar promosi yang dilakukan untuk mempopulerkan film Food, Inc ini tidak akan dapat merubah apapun tanpa masyrakatnya ikut berubah, diharapkan pemerintah yang harusnya melakukan perubahan dengan  berusaha keras memberikan makanan sehat untuk rakyatnya, karena makanan sehat akan melahirkan rakyat yang sehat pula. Namun sepertinya  di negara manapun pemerintahnya tetap berdiam diri, karena mereka diuntungkan dengan industry makanan ini. Satu satunya cara adalah kita sebagai warga Negara yang menghantarkan perubahan ke meja penguasa, caranya dengan mengurangi mengkonsumsi produk olehan daging, dan mengurangi makanan siap saji yang semarak dijajakan di mal-mal.

Teringat pesan dari Anand Krishna, kalau memang belum mampu menjadi vegetarian, maka setidaknya bisa mengurangi makan daging. Jadikan senin dan kamis sebagai hari latihan untuk tidak mengkonsumsi daging. Dengan cara yang sederhana menjadi-kan hari senin dan kamis sebagai hari diet makan daging jika dilakukan oleh banyak orang, maka industry ini akan juga kehilangan untungnya. Dan jika dilakukan dnegan terus  menerus maka akan memberikan hasil juga, banyak hal besar yang dilakuakn dari hal kecil seperti ini. Perubahan besar harus dilakukand ari perubahan kecil, dan perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri.

Selanjutnyanya adalah, maukah kita berubah ?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline