MATAHARI masih terlihat cerah ketika kaki saya berpijak di Pantai Situs Nangasia. Suasana pantai masih terlihat sepi. Maklum lembayung senja belum menyapa semesta. Mula-mula saya sendiri dan menikmati jus yang disuguhkan pemilik lapak.
Ini kali kesekian saya berpijak di pantai yang punya hamparan pasir putih ini. Namun spasinya cukup lama. Tiga bulan. Baru kali ini kembali menikmati suasana pantai ini. Kerinduan seolah membuncah.
Ada jejak yang mendorong untuk kembali. Kenangan tiga bulan yang lalu masih merekah di dalam benak. Alasan untuk kembali cukup banyak tertera untuk diurai. Kisah masa itu ingin terulang. Demi menjawab kerinduan, jadilah saya kembali berpijak. Kembali menyulam kisah yang pernah putus karena suatu alasan.
Ada perubahan. Beberapa tempat duduk sudah ada yang baru. Di beberapa titik ada bunga dengan pot yang minimalis. Di sekitarnya ada bangunan yang kemungkinan kaffe. Tapi bangunan tersebut masih dalam tahap pembangunan. Pantai Situs Nangasia mulai berbenah. Mulai bersolek.
Pantai Situs Nangasia memang sangat strategis. Berada di pinggir jalan utama menuju desa selatan kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat sehingga mudah dijangkau oleh pengunjung. Pantai ini nampaknya ke depan akan menjadi salah satu destinasi wisata yang menjanjikan. Baik bagi investor terlebih masyarakat setempat. Pasalnya, dengan keberadaan pantai Situs Nangasia yang semakin ramai pengunjung ini bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.
Di kesempatan ini, Minggu, 22 Agustus 2021 saya berbincang dengan Ibu Nursinah pemilik lapak yang belum di beri nama. Ibu Nursinah bersama suaminya adalah orang pertama yang membuka lapak dan mendesain pantai Situs Nangasia sebagai tempat wisata. Di lapak kecil sekaligus rumahnya ini, Ibu Nursinah menyiapkan beberapa jenis minuman bagi para pengunjung. Ada gazebo dan berapa jenis bunga di pintu masuk untuk mempercantik areal pantai.
Di awal-awal membuka lapak dan mendesain pantai Situs Nangasia satu tahun yang lalu, saya pernah datang mewawancarai langsung Ibu Nursinah dan suaminya.
Ketika itu, saya disambut dengan baik, bahkan minuman yang saya pesan tidak di suruh bayar.
Tapi saya menghargai usaha dan jerih payah pasutri ini. Dengan anak kecilnya yang berumur sekira tujuh tahun, mereka tinggal di pantai Situs Nangasia. Lapaknya tak berjarak dengan pantai. Tapi sekarang, terlihat sudah ada pondasi kokoh di lapaknya yang masih dibaluti papan triples.
"Bagaimana pelanggan bisa betah, dan pertahankan prinsip kita. Dan rezeki tuhan yang atur" Ucap Nursinah.
Lebih lanjut dirinya tidak terlalu memusingkan sedikit banyaknya pengunjung. Karena menurutnya, rezeki sudah di atur oleh yang maha kuasa. Dirinya mengakui efek pemberitaan yang pernah saya tulis setahun silam tentang pantai Situs Nangasia.