PASCA banjir bandang menerjang dan mengakibatkan dampak yang cukup parah. Mereka mengkoordinir diri dalam satu kesatuan. Bergerak cepat. Tidak membentuk struktur ala pemerintah. Mereka memiliki semangat yang sama. Hal yang biasa mereka lakukan ketika bencana melanda.
Anak-anak muda ini telah dibentuk oleh pengalaman yang panjang. Mereka punya perasaan kemanusiaan yang sama. Mereka ingin terus mengambil bagian dalam urusan kemanusiaan. Terlebih bencana itu terjadi di kampung sendiri, desa Daha, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Minggu (1/3/2021) malam sekitar pukul 01.00.
Mula-mula gerakan mereka di tentang oleh aparatur pemerintah setempat. Dengan alasan bahwa semua bantuan yang datang dari para dermawan, cukup satu pintu saja yakni di kantor desa. Namun anak-anak muda ini tidak bergeming. Mereka punya jaringan sendiri di setiap daerah yang sudah lama bersahabat baik dengan mereka. Mereka sering bersua dalam banyak kegiatan. Kini kembali mereka terpanggil dalam urusan yang sama. Jejaring kembali terhubung satu sama lain.
Tidak sedikit para dermawan menaruh kepercayaan kepada mereka. Mereka bekerja dengan solid. Semangatnya tingkat dewa. Membawa bantuan titipan para dermawan dan menyisir di bantaran sungai yang warganya benar terdampak. Beberapa mendokumentasikan, lalu mengirimkan via WA ke dermawan, sebagai pembuktian bahwa sumbangan mereka sudah sampai ke tangan yang berhak.
Tidak pagi. Malam pun mereka bergerak menyalurkan bantuan di sudut-sudut kampung. Tidak sedikit masyarakat menyambut dengan baik. Terlebih yang belum mendapatkan bantuan sama sekali.
Keberadaan anak-anak muda ini bukan untuk menyaingi siapa pun. Bukan pula ingin lebih berjasa. Tidak lata terhadap urusan kemanusiaan. Mereka kadang luput dari pemberitaan media. Mereka masih cukup muda, kalau tidak mau disebut masih remaja. Hanya beberapa yang dituakan.
Karena bantuan terus mengalir, akhirnya mereka memutuskan membuat base camp sendiri atas permintaan beberapa para dermawan. Mereka sepakat memberi nama base camp pemuda kecamatan Hu'u. Ketika pagi merekah, di base camp mereka sudah berkumpul, lalu mendistribusikan semua bantuan. Tidak hanya di desa Daha, desa tetangga seperti desa Rasabou, Marada, Desa Jala, bahkan desa Cempi Jaya yang jauh pun tidak ketinggalan mendapatkan bantuan.
Kala sore menyapa, mereka kembali ke base camp untuk melepas lelah. Bahkan sering kali mereka kadang lupa makan. Sarapan pagi kadang terlewatkan. Ada bahagia kala penerima bantuan tersenyum lebar. Terimakasih keluar dari mulut korban banjir seolah mata air penghilang rasa capek yang membahagiakan. Ada damai terasa kala mereka yang terdampak menerima bantuan.
Anak-anak muda ini tidak pamer diri karena membantu sesama. Gerakan kemanusiaan yang menuntun mereka menjadi nutrisi penggerak setiap langkah kemanusiaannya.
Di sini perlu disebut yang paling berjasa membawa bantuan dengan jejaring di beberapa kabupaten yakni Koordinator Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Bung Fudin dan Dian Foundation Dompu-NTB. Bung Fudin, sudah beberapa kali membawa bantuan untuk masyarakat kecamatan Hu'u yang terdampak banjir. Keberadaannya telah memudahkan distribusi bantuan dari beberapa organisasi dari luar daerah dan menghubungkan dengan pemuda kecamatan Hu'u di lapangan. Lewat tulisan kami mengangkat topi dan menaruh hormat kepada beliau.
Mari bergandengan tangan untuk korban banjir. Berhenti saling menyalahkan. Tidak usah merasa paling berjasa. Biarkan Tuhan yang adili. Jika bantuan itu salah sasaran. Jika terjadi ketimpangan, maka semua yang kita lakukan akan berpulang pada diri kita sendiri. Mari sebarkan senyuman untuk saudara kita yang terdampak musibah banjir, agar esok dunia kembali di jalani dengan normal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H