SEJAK engkau hadir dan melihat dunia, hidup kami sebagai orang tuamu lebih berwarna. Engkau menyapu lelah kala senyummu merekah menyapa semesta. Wajah mungilmu memberikan kedamaian saat kami menatapnya.
Kami tahu, engkau belum mengerti tentang bagaimana bertanggungjawab, bagaimana mengais rezeki, dan bahkan belum lah mengerti menyapu kabut pagi untuk sampai di tempat pekerjaan. Engkau pun juga tidak tahu sama sekali bagaimana kami merancang masa depan mu.
Kami pun tidak memaksa seperti yang kami inginkan. Sebab dunia yang engkau jalani punya tantangannya sendiri. Lingkungan yang kini kau jejaki tentu jauh berbeda dengan apa yang kami alami puluhan tahun silam. Kehadiranmu ketika teknologi merajai kehidupan umat manusia. Ketika semua komunikasi manusia begitu cukup mudah. Semuanya hampir instan.
Dunia yang kini kau lalui begitu berbeda. Informasi berseliweran begitu mudahnya digapai. Ilmu pengetahuan tidak lagi berdiri di menara gading perguruan tinggi. Bahkan seorang nelayan bisa saja berdebat dengan professor lewat media sosial mengenai laut. Presiden pun bisa saja dihina oleh tukang sayur karena kebijakannya yang tidak berpihak kepada para pedagang.
Kami menyadari, sebagai orang tua. Kami memiliki tanggungjawab yang tidak mudah. Kami ingin memastikan dunia yang kau jalani tidak kehilangan arah. Tidak jatuh pada kenistaan hidup. Tidak terlena pada hiruk pikuk dunia yang fana. Bahkan kami ingin memastikan bahwa engkau menjadi seorang anak manusia yang nantinya mengantarkan kami ke surganya Allah subhanahuwataAllah.
Itulah salah satu alasan, mengapa kami memberimu nama Hicham Al Haraz. Sebuah nama yang mengandung harapan, agar engkau kelak menjadi hamba Tuhan yang tidak hanya tahu, mengerti, tapi juga bisa mengamalkan ajaran agama yang mulia ini.
Setiap saat kami selalu melangitkan doa ketika engkau dewasa nanti berani berdiri tegak menantang hari, melewati jejak hidup penuh makna, mendalami ayat-ayat Tuhan agar kelak hidupmu lebih berarti. Baik untuk dirimu, untuk semesta bahkan untuk bekalmu di akherat kelak.
Pastikan setiap langkahmu adalah ladang amal yang Tuhan restui. Biarkan rayuan dunia datang menjelma bak bidadari. Tapi jika ajaran Tuhan telah engkau resapi tak ada keraguan kami melepasmu untuk jauh melalang buana menjajaki setiap sudut bumi.
Kini, engkau baru melihat dunia. Maka nikmatilah dengan tawamu yang selalu ceria. Jalani lah penuh kebahagiaan. Dan kami pun merasakan kebahagiaan. Tingkah mu membuat hidup kami lebih bermakna dalam menjalani hari. Semoga kelak engkau menjadi anak manusia penurut orang tua dan ajaran ilahi yang maha mulia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H