SEBUTAN guru bagi mereka yang mengajar di sekolah-sekolah formal, seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan sesuatu yang lazim. Kurikulum bisa saja berganti dan di rubah. Segala kebijakan boleh saja diputuskan. Segala sebutan di dalam dunia pendidikan boleh saja diubah sedemikian rupa sesuai perkembangan zaman. Tapi, panggilan guru masih mengakar dan kuat di dalam benak semesta.
Di kurikulum K13, kata guru di ganti dengan kata pendidik, sedangkan siswa diganti dengan kata peserta didik. Perubahan ini tentu sangat berkenaan dengan perubahan fungsi dan subtansi dari kata tersebut. Jika kata guru hanya di titik beratkan pada mengajar saja. Sedangkan kata pendidik tidak hanya mengenai transfer ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi juga meliputi proses menasehati, membimbing, mengarahkan, memberikan teladan dan lain sebagainya. Jadi, kata pendidik jauh lebih lebih kompleks dari sekedar mengajar dan berdiri di depan kelas lalu menceramahi siswa.
Dokpri. Raden't Dokpri. Raden't
Sebenarnya, tidak terlalu penting mengganti dan merubah kata. Sebab yang jauh lebih penting adalah subtansi atas kata itu. Jadi, walaupun seorang pengajar masih dipanggil guru oleh siswanya, tapi ia harus mengetahui peran dan tugasnya untuk mendidik, membimbing dan menjadi teladan bagi siswanya.
Dok. Irfan, SMK BN Dok. Irfan, SMK BN
Sebenarnya banyak sekali ciri-ciri guru. Bahkan ada yang ASN tapi malas mengajar, bahkan tanggungjawab sering diabaikan. Malah yang honorer jauh lebih gesit, dan sangat bertanggung jawab walaupun sisi finansial tidaklah seberapa dibandingkan yang sudah ASN. Dok. Irfan, SMK BN Dok. Irfan, SMK BN
Memilih menjadi guru adalah pilihan yang berani dan sangat menantang. Pasalnya, guru harus berhadapan dengan puluhan siswa yang tentunya memiliki karakter yang cukup beragam. Ia menghadapinya dengan sabar tingkat dewa. Bahkan kerap diperlakukan tidak etis oleh siswanya sendiri. Belum lagi cibiran di luar sana yang hanya tahu ngomong ketika ada masalah di sekolah. Bahkan tidak sedikit guru mendapatkan tekanan dari atasannya hanya memenuhi kepentingan sahwat politik pihak tertentu. Dok. Irfan, SMK BN Dok. Irfan. SMK BN
Menjadi guru merupakan pilihan yang berani dan sangat berisiko. Resiko dihujat. Resiko dijanji. Resiko dimutasi dan resiko terlambat dibayar gajinya. Tidak semua orang berani memilih jalan ini. Jalan yang penuh duri dan tanjakan yang berkelok-kelok.
Dok. Irfan, SMK BN Dok. Irfan, SMK BN
Yang semestinya pemangku kekuasan harus memberikan jalan terang dan kemaslahatan buat guru, terlebih finansialnya, agar guru bisa menghamparkan embun-embun pengetahuan kepada siswanya. Dok. Irfan, SMK BN Dok. Irfan, SMK BN
****