KADANG pertemuan tidak selamanya direncanakan sebelumnya. Ia bisa terjadi tanpa pernah di terka. Mungkin itu sepotong kalimat yang menggambarkan pertemuan saya dengan pak Komang Suarta, kepala kantor pertanahan kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Kami tidak pernah merencanakan untuk kembali bersua, semenjak sempat bertemu di kantornya beberapa pekan yang lalu.
Kini, di kediamannya di kota Mataram saya kembali dipertemukan dengannya. Berawal dari komunikasi dengan istrinya dalam suatu urusan, saya pun bergegas menuju rumahnya. Dari tempat kerja, saya melajukan roda dua yang saya kendarai. Sekitar kurang lebih sepuluh menit perjalanan, saya bisa melewati ramainya kendaraan dan lampu merah di jalanan ibu kota provinsi.
Di kediamannya, pak Komang Suarta beserta istri, menyambut saya begitu antusias. Beberapa suguhan dipersiapkan di atas meja. Namun, sesaat kemudian, Pak Komang Suarta mengajak saya untuk menikmati kopi hitam buatannya. Karena sudah lama tidak menyeruput kopi, saya pun mengiyakannya. Sambil mengerjakan video pembelajaran untuk istrinya, kami berbincang santai dengan suguhan kopi yang asapnya masih terlihat mendayung di bibir gelas.
Bahkan ketika saya meminta izin untuk mendokumentasikan pertemuan, malah saya diajak duduk bersantai di beranda belakang rumahnya. Weiss, nampaknya suasana di belakang, cukup adem dengan angin sepoi-poin sesekali menyapa semesta. Sembari menikmati snack dan kopi hitam, kami melanjutkan obrolan.
Mulai urusan kopi, sampai mengenai persiapan kantor pertanahan menyongsong layanan digital dan upaya mendukung peningkatan PAD pemerintah kabupaten Dompu melalui penerimaan Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sebuah terobosan yang perlu di dukung dan mendapat apreasiasi oleh semua pihak demi kemajuan daerah ke depan.
Di beranda rumahnya, saya menikmati suasana pertemuan. Kami ngobrol seperti layaknya anak dan orang tua. Sebagai anak muda, saya lebih banyak mendengarkan. Hanya sesekali melempar pertanyaan.
Saya menikmati semua topik yang diperbincangkan. Pak Komang Suarta tampil cukup sederhana dengan celana pendek yang dikenakannya. Bahkan sebelum bergegas pulang, malah saya disuguhi bakso khas kota Mataram oleh istrinya.
Sesaat kemudian, setelah urusan clear, saya pun minta pamit pulang. Kami pun berjanji, jika waktu mengizinkan, kami rencananya akan bersua lagi di kabupaten Dompu nanti. Walaupun berdomisili di kota Mataram, Pak Komang Suarta berdinas di bumi Nggahi Rawi Pahu, kampung halaman saya. Dan besok, rencananya beliau akan berangkat dengan rombongannya menuju pulau seberang demi pengabdian kepada nusa dan bangsa.
Waktu telah mempertemukan saya dengan pak Komang Suarta bersama istrinya dalam suasana penuh kekeluargaan. Semoga kelak saya bisa kembali bersua dengan beliau dalam keadaan sehat walafiat tanpa kurang apa pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H