UMUMNYA rokok selalu di lihat dari sudut pandang kesehatan. Sudah tidak terhitung sudah berapa banyak informasi himbauan tentang bahaya rokok bagi kesehatan. Bahkan di pembungkus rokok pun, terpajang gambar tenggorokan seorang lelaki tua yang sudah bolong dampak dari keseringan merokok.
Walaupun bukan perokok, dan bahkan sangat risih ketika berada di tengah-tengah perokok. Namun saya mencoba melihat dari sisi yang lain. Sudut pandang sosial. Seperti kemarin, di suatu acara pernikahan, saya melihat Om saya begitu mudah berbincang dengan beberapa orang dalam suatu kerumunan setelah sebelumnya menawarkan rokok kepada beberapa orang di sekelilingnya.
Walaupun sebagian orang yang ia ajak bicara adalah orang yang ia kenal sebelumnya. Namun, ketika membakar rokok di tangan dan dilanjutkan dengan pembicaraan dengan beragam topik, mereka terlihat sangat akrab dan cukup menikmati pembicaraan.
Saya menyadari kehangatan pembicaraan Om saya dengan beberapa orang di acara pernikahan itu bukan sepenuhnya karena satu 'mazhab'. Sama-sama perokok.
Tetapi saya melihat bahwa, dengan menyodorkan rokok ke beberapa orang, menjadikan rokok sebagai medium untuk merekatkan hubungan, walaupun tidak semua menerima, karena beragam alasan. Mulai karena memang tidak merokok, selera yang beberapa, sampai karena masih malu-malu menerimanya.
Saya teringat ungkapan teman saya yang perokok aktif. Menurutnya, merokok dengan merokok sama saja. Pasti mati. Untuk membenarkan ungkapannya, teman itu bilang "merokok mati, tidak merokok mati, lebih baik merokok sampai mati'.
Sepintas, ungkapan ini sarat dengan pembenaran dan menonjolkan keegoisan seseorang. Jadi penganut paham seperti ini, diceramahi satu hari satu malam pun tentang bahaya merokok tidak akan mempan.
Karena bagi mereka, merokok adalah kehidupan itu sendiri, walaupun sampai beras rumah, dijual hanya untuk mendapatkan sebatang merokok. Bahkan saking 'kejamnya' lagi, orang-orang seperti ini egois tingkat tinggi.
Ketika berada di tempat umum misalnya, mereka asyik saja mengisap batang rokok dengan asap kian kemarin mengganggu orang lain. Bahkan mereka kadang tidak perduli dengan nasib orang di sekitarnya.
Walaupun begitu, rokok juga ternyata bisa menjadikan saluran penghubung seseorang bisa saling kenal mengenal, bahkan mengawetkan hubungan persaudaraan. Bahkan suatu pembicaraan, akan begitu lancar ketika sebatang rokok selau di mulut.
Seperti yang saya lihat kemarin terhadap Om saya. Bahkan bukan kali ini saja, saya cukup sering melihat seseorang membagikan rokoknya, lalu bisa terhubung sampai memiliki banyak kawan di beberapa kampung.