HARI ini, Rabu 26 Agustus 2020, kembali saya memutuskan untuk kembali ke Kota Mataram. Sebenarnya saya ingin berlama-lama dengan keluarga di kampung, terlebih bersama dengan anakku yang sudah lama saya tinggalkan beberapa bulan sebelumnya. Kemarin, saya hanya tujuh hari di kampung, dan tiga hari bersama istri dan anak di Bima, sedangkan waktu sisanya untuk orang tua di Dompu.
Dalam suatu urusan saya harus segera kembali ke kota Mataram dalam waktu yang sudah saya agendakan sebelumnya. Ini bukan hanya masalah pekerjaan, tetapi ini menyangkut tanggungjawab yang diberikan kepada saya.
Jika urusan ini cepat selesai, saya pun akan memutuskan segera kembali ke kampung halaman. Benar kata banyak orang, bahwa tidak ada yang lebih membahagiakan selain berkumpul dengan keluarga. Saya nampaknya mulai merasakan kebahagian itu, setelah sekian tahun 'hobi' merantau di beberapa kota di bumi pertiwi ini.
Sebenarnya sudah lama ingin kembali bekerja di kampung, namun suatu alasan yang agak rasional, saya memutuskan untuk tetap bertahan sembari harapan itu terwujud menjadi kenyataan.
Saya menyadari jalan menuju suatu harapan, pasti akan melewati semak belukar serta rimba raya kehidupan yang kadang membuat saya akan terhempas sewaktu-waktu.
Jalannya sesekali akan terjal dan berduri, namun saya mencoba bertahan sembari meyakinkan diri bahwa jika bertahan dan sabar menjalaninya, maka semesta akan bersedia membukakan jalan.
Dalam pikiran, saya mengawetkan satu ungkapan berbahasa Arab sejak lama, sebagai penguat jika berhadapan dengan badai hidup yang sering datang ingin membuat saya tergelincir dalam perjalanan. Ungkapan Arab itu berbunyi 'Man Jadda Wa Jada' (siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya).
Saya terus menerabas hari untuk mewujudkan satu impian, yang nantinya tidak hanya untuk diri saya sendiri, terlebih untuk membahagiakan orang tua di kampung. Kembali ke pulau seribu masjid, adalah bagian dari cara yang coba saya tempuh.
Tinggal di kota Mataram yang merupakan pusat kekuasaan dan limpahan kebijakan untuk wilayah Nusa Tenggara Barat di telurkan, mungkin memudahkan jalan saya untuk menjadi pribadi yang sukses.
Saya hampir tiga tahun tinggal di kota Mataram. Ketika memutuskan kembali hari ini, saya mencoba merawat impian itu dengan tindak-tindakan yang praktis.
Menempuh perjalanan jauh dari kampung dengan menyebrang lautan, tentu tidak saja melelahkan tetapi mengandung pelajaran penting dalam hidup ini. Untuk sampai di kota tujuan saja, saya harus menahan rasa kantuk dalam perjalanan, teriknya matahari, sesekali terkena debu dan bisingnya suara penjual ketika sudah sampai di atas kapal.
Ada banyak hal yang tidak menyenangkan selama perjalanan. Namun demikian, semua itu saya menganggapnya suatu yang luar biasa karena memberikan nilai kehidupan bagi saya.