LAMA nian ingin kutuangkan pengalaman ini pada kalimat-kalimat yang sederhana. Bukan tak cukup waktu, tapi kadang hari tak menyenangkan untuk merangkai kepingan-kepingan kisah ini menjadi cerita yang utuh.
Sejak bergabung dengan pramuka, ada rona kebahagiaan yang kadang terbesit dalam benak ini. Di sini aku menemukan sesuatu yang berharga, semua merasa sama, egalitarian menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi semua. Selama menjalani, merangkai hari bersama yang lain, aku menemukan sepenggal harapan bersama-sama dalam mengarungi rimba raya kehidupan.
Kami bersaudara, kami terlahir dari darah yang sama, yakni pramuka. Kami di pertemukan karna seragam kami pramuka, kami berbeda beda tapi kami satu pramuka, kami memang tidak bisa tapi kami mampu. Kebersamaan adalah kunci utama untuk mengikat persaudaraan kami. Menjunjung tinggi moto "SATYAKU KUDARMAKAN, DARMAKU KUBAKTIKAN".
Dari pramuka bukan menceritakan sekedar berkemah, baret ataupun sergam kami yang gagah. Tapi lebih dari itu, pramuka yang menghadirkan kebersamaan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Erat bagai simpul mati, kokoh bagai pionering, terang bagai api unggun, dan akan abadi seperti cikal.
Berpramuka, berpetualangan tanpa henti bermain sambil belajar dan melakukan. Bertanggung jawab atas diri sndiri dan orang lain, dari pramuka yang mengajarkan bagaimna pentingnya menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Layaknya seperti pohon kelapa yang mempunyai fungsi dari setiap bagiannya. Dari pramuka menyiapkan tunas tunas bangsa yang berkrakter budi pakerti, dan bermoral dengan didikan-didikannya yang berahlak dan bertanggung jawab.
Jiwa pramuka tergambarkan dari kalimat "Ing ngarso sungtulado ing madya mangun karso tutwuri handayani". IKLAS BAKTI BINA BANGSA BUDI PAKERTI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H