BERTAMBAHNYA jumlah penduduk, biasanya akan berbanding lurus dengan dibukanya pemukiman-pemukiman baru. Sehingga lahan pertanian serta ladang akan menjadi sempit dan menyusut karena adanya bangunan-bangunan baru. Hal seperti ini akan mudah dijumpai di area perkotaan.
Dimana mulai muncul bangunan-bangunan, gedung, perumahan-perumahan, pertokoan yang mulai menggusur lahan persawahan.
Nampaknya hal tersebut juga mulai terjadi di desa-desa di Indonesia.
Dimana mulai muncul rumah-rumah warga yang mulai di bangun yang dulunya ditempat tersebut merupakan area persawahan. Bertambahnya jumlah penduduk serta adanya perpindahan warga menjadi salah satu faktor adanya pembukaan lahan.
Lahan-lahan pertanian mulai menyempit, berkurang, bahkan tergusur dari eksistensinya. Persawahan perlahan tapi pasti akan tergantikan dengan menjamurnya perumahan warga.
Harga sawahpun akan melonjak drastis, terlebih di depan jalan raya, karena aksesnya jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan yang mengambil di belakang. Bahkan dengan adanya perumahan, akan terbentuk pemukiman baru.
Hal seperti ini sudah menjadi hal yang lumrah dan sangat beralasan. Namun, di lain sisi memiliki dampak sosial yang sangat signifikan, mulai dari terdesaknya kebutuhan pokok akan beras, tapi kadang tak akan mampu dipenuhi dengan hasil panen yang terbatas.
Sehingga harga sembako akan mengalami lonjakkan yang cukup serius.Warga kadang kala akan panik, sehingga pemerintah menyiasati akan kebutuhan beras untuk warga yang membutuhkan, dengan pembagian beras sembako dengan harga murah.
Lahan-lahan yang tidak produktif sebelumnya, mulai dilirik dan digarap oleh warga, misalnya gunung, bahkan lahan-lahan pinggir sungai, untuk dijadikan ladang untuk ditanami tanaman yang bahkan laku untuk dijual di pasar-pasar tradisional.
Fenomena sosial seperti ini bukanlah hal baru, namun sudah di alami oleh berbagai wilayah di seantero Nusantara. Tapi, yang terpenting adalah dengan adanya pemukiman warga ini, bisa disikapi dengan baik oleh warga masyarakat dan pemerintahan selaku pengambil kebijakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H