Lihat ke Halaman Asli

Suradin

Penulis Dompu Selatan

Nelayan Profesi yang Menjanjikan

Diperbarui: 26 Maret 2020   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri. Perahu di Desa Hu'u, Dompu NTB

DI era kekinian profesi menjadi nelayan atau petani dianggap tidak sementereng menjadi guru, perawat atau yang bekerja di bank. 

Dalam banyak literatur orang yang tinggal di pesisir dan menjadi nelayan, sangat identik dengan kemiskinan, dan kampung kumuh. Sehingga menguatkan pandangan publik bahwa menjadi nelayan adalah pekerjaan rendahan. 

Profesi ini dianggap hanya milik mereka yang tidak duduk dibangku sekolah, dan tidak tahu bagaimana cara memegang pulpen. Menjadi nelayan tidak dianggap memiliki 'kelas' dalam pandangan sosial karena dianggap biasa-biasa saja.

Menjadi nelayan tidak terlalu mempesona dalam pandangan kebanyakkan orang. Mulai dari kerjanya yang lebih mengandalkan fisik, pakaian yang dikenakan ala kadarnya, bahkan  tidak mengenal bagaimana diinginnya AC. 

Mereka yang memilih menjadi nelayan hanya mewariskan tradisi dan kebiasaan orang tuanya. Merawat perahu, memperbaiki mesin, memperbaiki jaring dan memastikan semua perlengkapan sebelum musim tangkapan tiba. 

Bahkan jika ada anak muda yang memilih untuk menjadi nelayan, maka akan dianggap biasa-biasa saja oleh calon mertua ketika ia melamar. Karena dianggap menjadi nelayan tidak cukup menjanjikan bagi kehidupan anaknya di masa mendatang. 

Sehingga demikian tidak sedikit orang tua yang menjadi nelayan, yang mendorong anak-anaknya untuk sekolah lebih tinggi agar tidak menjadi nelayan seperti dirinya. Ketika anaknya pulang membawa gelar dengan pakaian mentereng, maka orang tuanya akan bangga, dan akan diperhitungkan oleh masyarakat banyak. 

Sepintas pandangan dan keinginan orang tua menyekolahkan anaknya, adalah hal yang wajar dan sah-sah saja. Karena bagaimanapun orang tua, tentu ingin melihat anaknya menjadi orang sukses. Paling tidak perjuangannya membela ombak bersama perahunya ke ruang samudra, tidaklah sia-sia. 

Namun akan menjadi menarik jika seorang anak tidak diharapkan untuk kembali menjadi seorang nelayan seperti profesi orang tuanya. Barangkali dianggap menjadi seorang nelayan, tidak menjanjikan apa-apa untuk masa depan seorang anak. 

Menjadi  nelayan memang tidak mengenakan pakaian rapi ala guru, tidak memakai pakaian putih-putih ala perawat dan tidak perlu mikup dan mengenakan baju pres badan ala pegawai bank yang harus menunggu gaji bulanan. 

Dokpri. Perahu Nelayan di Desa Jala, Kec. Hu'u, Dompu NTB

Tulisan ini tidak sedang mendeskreditkan salah satu profesi yang dipilih seseorang. Tapi, berusaha melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, dan mencoba menganalisis kenapa satu profesi harus dianggap tak berkelas dalam pandangan masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline