Lihat ke Halaman Asli

Suradin

Penulis Dompu Selatan

Cerita Anak Kampung Membuka Lipatan Masa Lalu

Diperbarui: 22 Maret 2020   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri


WALAUPUN sekian lama tinggal di perantauan, saya tidak lupa dengan kampung halaman. Di sana ibuku melahirkan saya, menyusuinya, membesarkan dan mendidik hingga saya sampai sekarang ini. Di kampung sana banyak kenangan yang tertinggal, banyak harapan dan cinta yang bertaut, hingga ingatan tak cukup kuat menghamparkan kembali kenangan-kenangan itu. 

Hidup di kampung, tentu jauh berbeda menjalani hari-hari ketika berada di Kota. Di kampung kekerabatannya masih cukup kuat, persaudaraan masih terasa, tolong-menolong, bantu membantu cukup terasa mewarnai kehidupan. 

Dok. Trisno/Shobet

Dulu setiap sore saya dan kawan-kawan biasanya main bola di  pinggir sungai dekat kampung. Kami bermain bola hanya memanfaatkan tanah lapang yang tidak terlalu lebar, dan itupun di penuhi kerikil-kerikil kecil yang mendongak di tanah. Jika tidak hati-hati bisa saja kaki tergelincir dan berakhir cedera. 

Jangan bayangkan ada team medis masuk ke lapangan, lalu berlari untuk mengecek cedera yang dialami oleh pemaian. Jika ada pemain yang mengalami cedera dan tidak bisa melanjutkan pertandingan, maka cukup menepi di pinggir lapangan. Nanti setelah pulang, bisa mendatangi rumah warga yang bisa mengurutnya. 

Tapi jika kemarau tiba biasanya kami memutuskan maen bola di belakang kampung, di sawah warga. Kami tidak perlu merogok kantong, hanya untuk membayar lapangan, seperti di Kota. 

Kami cukup mengajak yang lain kemudian membawa bola, memasang gawang dari bambu dan kayu lalu bola dilempar ke tengah lapangan, tanpa kehadiran wasit permainan tetap bisa dilakukan. 

Walaupun tidak ada dukungan suporter dengan yel-yel, serta yanyiaan lagu satu jiwa seperti Jakmania, dan Bonekmania. Serta tidak ada sorak sorai suporter yang memadati pinggir lapangan. Permainan bola tetap seru, tetap semangat empat lima, apa lagi main ketika di bawa guyuran hujan. Oo. Sungguh menyenangkan, karena pemain seperti bermain di atas lantai yang disiram minyak goreng. Berjatuhan akan lebih sering terjadi, tanpa membawa bola sekalipun. Karena maen bola bagi kami adalah kebahagian itu sendiri.

Dokpri

Dokpri

Hidup di kampung penuh ketenangan, tidak ada hilir mudik kendaraan, tidak ada lampu merah yang tiba-tiba menghentikan laju kendaraan. Bahkan  tidak ada kunjungan satu keluarga di mall bersama, yang ada hanya kunjungan ke acara-acara pernikahan dan sunatan di kampung. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline