Lihat ke Halaman Asli

Suradin

Penulis Dompu Selatan

Pendidikan, Antara Nilai Angka dan Nilai Akhlak

Diperbarui: 13 Maret 2020   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Ketika berbicara nilai dalam dunia pendidikan, maka ada dua hal yang selalu menjadi penekanan. Nilai angka dan nilai akhlak. Nilai angka kadang menjadi indikator seseorang diposisikan menjadi orang pintar dalam ranah academik. Sedangkan nilai akhlak akan menentukan penilaian sosial terhadap seseorang.

Dalam perspektik kebanyakan orang, bahwa tingginya nilai academik akan berbanding lurus dengan kesuksesan seseorang di masa mendatang. Sehingga banyak orang yang memburu agar nilai ini bisa melebihi dari yang lain. 

Orang tua tidak segan-segan memaksa anaknya untuk mengikuti les tambahan di luar jam sekolah, dengan harapan agar anaknya menjadi yang terbaik di sekolah. Orang tua tidak perduli walau harus merogoh kantong dalam-dalam agar anaknya bisa belajar di tempat kursus ternama. Agar nilainya tinggi, mewakili sekolah dan bisa memajang lebih banyak piala penghargaan di ruang tamu rumahrumah. 

Dok. Pribadi

Cara pandang bahwa nilai angka yang terpenting, tidak salah, tapi tidak sepenuhnya benar. Sebab, cara pandang ini juga dipengaruhi realitas yang ada. Seorang anak tidak bisa masuk pada perguruan tinggi ternama hanya karena nilainya dibawa standard, demikian juga seorang siswa dari sekolah yang tidak familiar tidak bisa diterima oleh satuan tertentu hanya karena nilai rapornya tidak memenuhi syarat. 

Sejumut fakta tersebut membentuk image sosial, bahwa nilai academik adalah segala-galanya. Dengan demikian yang mengeyam pendidikan saja harus berusaha semaksimal mungkin untuk bisa membentuk image, tentang label dan citra dirinya kepada kehidupan. Bagaimana dengan mereka-mereka yang tidak mengeyam bangku sekolah, maka dianggap tidak memiliki masa depan sama sekali. Benarkah demikian?

Bagaimana dengan nilai akhlak?. Pada dasarnya antara nilai academik dan nilai ahlak harusnya dimiliki oleh seluruh peserta didik. Namun itu harapannya. Namun, kenyataannya tidak demikian adanya. Nilai akhlak memiliki andil besar dalam kepribadian seseorang dalam hubungan antar manusia. 

Nilai akhlak adalah bahasa universal umat manusia, menyangkut kebaikan, sopan santun, tata krama, bahasa yang lembut, saling menghargai dst. Membentuk orang yang memiliki nilai akhlak yang baik, tidak semudah membalik telapak tangan, itupun klau punya tangan.

Akhlak yang baik ditempa mulai pendidikan keluarga, lingkungan sampai pendidikan formil. Mulai kebiasaan bicara, bersikap, baik dengan yang kecil sampai yang lebih tua darinya. 

Ia harus bisa membedakan sikap yang diambil, intonasi saat berbicara dan gestur badan saat bersua. Sebab, itu menjadi indikator bagi orang lain terhadap kepribadian seseorang, untuk menentukan apakah ia punya akhlak yang baik atau tidak.

Sikap dan cara berbicara seseorang dalam hubungan antar manusia akan mendapatkan label, image dari orang lain. Apakah ia disebut baik atau justru dilabeli dengan kasar, arogan dan bahkan dilabeli pribadi yang sombong. Oleh karena itu Gus Dur mengatakan, "jika kamu bisa berbuat baik kepada sesama umat manusia, orang tidak akan menanyakan apa agamamu, dan sukumu".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline