Lihat ke Halaman Asli

Kebenaran Tidak Bisa Salah, Kesalahan Bisa Benar

Diperbarui: 2 November 2021   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.nicepng.com/ourpic/u2q8a9a9w7w7q8y3_cloud-thinking-thought-bubble-think-daydre-thought-bubble/

Judul diatas bukanlah dalil untuk kita membenarkan segala tindakan kesalahan yang telah, atau sebelumnya pernah dilakukan. Namun, judul diatas adalah untuk menegaskan bahwa, yang benar adalah benar dan setiap kesalahan bisa dibenarkan (baca: diperbaiki).

Jujur atau tidak, terkadang hati kita begitu "otoriter" dalam membenarkan kesalahan kita. Padahal jelas, apa yang telah kita perbuat itu adalah sebuah kesalahan yang harus dan bisa diperbaiki.

Sikap jujur terhadap diri kita, terkadang hilang atas tindakan hawa nafsu, yang sebenarnya adalah langkah alternatif oleh hati yang tidak sehat untuk membenarkan segala tindakan diri. Hal seperti ini, sebenarnya secara perlahan menutup kebenaran yang ada pada diri kita.

Yakin atau tidak, diri kita mempunyai potensi kebenaran. Karena dibedakan dengan adanya potensi akal yang tidak diberikan oleh Allah Swt terhadap makhluk lainnya. Lalu, kenapa kita bisa dengan mudah membenarkan setiap kesalahan?

Sudah Benarkah Orientasi Hati Kita?

Tentu, tidak naif jika kita bertanya kepada hati kita. Apakah sudah benar orientasi perasaan kita. Apakah sudah sejalankah, hati dan akal kita dalam melahirkan tindakan diri yang benar? Ini harus benar-benar direnungkan. Jangan sampai pada akhirnya kita sendiri yang rugi terhadap potensi kebenaran yang tertutup itu.

Walupun, ukuran kebenaran itu tergantung dari sudut mana dan siapa yang memandangnya. Tidak menjadi suatu pembenaran untuk membiarkan kondisi hati kita tetap sakit dan lemah akan banyaknya kesalahan-kesalahan diri yang terus dibenarakan.

Lalu bagaimana caranya, agar kebenaran di dalam hati itu tetap benar, serta segala kesalahan dapat diperbaiki? Tentu yang pertama adalah dengan mengkritisi hati kita secara mendalam.

Ketahui-lah seluk beluk hati kita. Dimana setiap kesalahan itu dibenarkan oleh hati, maka obati-lah hati dengan memperbaiki setiap kesalahan itu. Jangan sampai menjadi noda-noda hitam untuk menutupi setiap cahaya kebenaran yang akan masuk.

Kedua, jujurlah atas setiap tindakan kesalahan yang telah kita perbuat. Jangan terlalu "egois" dengan membenarkan kesalahan diri yang ada. Kalau lah hal itu salah, maka jangan malu untuk mengatakan salah dan memperbaikinya. Toh, tidak ada satu pun mahkluk yang berani menjamin dirinya paling benar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline