MERUJUK pada survei 2021 lalu, ada 78% warga Jawa menyatakan puas dengan kinerja Jokowi. Warga Batak 84%, Sunda 65%, Betawi 63% dan warga Madura puas dengan kinerja Jokowi ada 58%. Sedangkan warga Minang hanya 19%. Warga Minang sering digambarkan kurang menyukai Jokowi, sinis pada Jokowi, dan merendahkan Jokowi.
Namun ada tiga akademisi dan cendekiawan berdarah Minang yang gigih membela Jokowi. Mereka; Ade Armando, Hasan Nasbi dan Jeffrie Geovanie. Bersama mereka ada M. Qodari, konsultan politik dan cendekiawan asal Palembang serta Zulfan Lindan, politisi senior dari PDIP dan Nasdem, yang berdarah Aceh, sebagai pendukung Jokowi - Prabowo.
Hari hari ini mereka banyak bicara di channel Youtube membela kebijakan Jokowi dan mendorong transisi mulus kekuasaan Jokowi kepada Prabowo, 20 Oktober 2024 ini. Mereka menolak upaya "crash landing" dari kelompok yang kalah Pilpres 2024 lalu, kaum oposisi dan para aktifis HAM dan demokrasi, kaki tangan asing yang dirugikan oleh kebijakan Jokowi.
Ade Armando dikenal sebagai pendukung Jokowi gelombang pertama yang hijrah kepada Prabowo Subianto, bersama sama Budiman Sudjatmiko. Menyusul Maruara Sirait dari kubu PDIP. Ade adalah akademisi, pegiat media sosial, yang aktif di Youtube, dan belakangan ini bergabung di PSI, Partai Solidaritas Indonesia, yang diketuai oleh Kaesang Pangarep.
Sebagai akademisi, Dr. Drs. Ade Armando, M.Sc. meraih gelar 'Master of Sience' dari Universitas Negeri Florida - AS (1991), meraih gelar doktor dari UI (2006). Kini dia pengajar di Magister Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH). Sebelumnya menjabat Ketua Program S-1 Ilmu Komunikasi FISIP UI (2001--2003). Ade pernah menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia (2004--2007), dan Direktur Pengembangan Program Pelatihan Jurnalistik Televisi Internews (2001--2002).
Ade Armando lahir 24 September 1961 dari keluarga perantau Minangkabau pasangan Mayor Jus Gani dan Juniar Gani sebagai bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya seorang diplomat yang pernah menjadi atase di KBRI di Maroko dan Filipina.
Sebelum dikenal sebagai pendukung Jokowi, Ade Armando adalah aktifis keberagaman, ikut milis Jaringan Islam Liberal (JIL), penolak penerapan Syariat Islam di Indonesia, dan kondang dengan kontroversinya, "Allah kan bukan Orang Arab".
Ade Armando dilaporkan ke polisi karena komentar soal "Aplikasi Injil Bahasa Minang". Dia dianggap melecehkan adat dan budaya Minangkabau, sehingga, selain dilaporkan ke polisi, juga "dibuang sepanjang adat," menurut Ketua Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MTKAAM) Irfianda Abidin, pada Rabu (10/6/2020). Dalam adat Minang, seseorang "dibuang sepanjang adat" itu bermakna bahwa dia tidak akan diterima lagi di tanah Minang dan tak boleh lagi mengaku sebagai orang Minang.
Menaggapi hal itu, Ade tidak mempermasalahkan sanksi adat yang menimpa dirinya. Dia justru mempertanyakan keabsahan pihak yang ingin memberlakukan hukum adat kepadanya. "Memang dia memiliki legitimasi dari mana menentukan ke-Minang-an saya? Siapa yang mengangkat dia sehingga dia merasa sebagai pimpinan orang Minang?" kata Ade.
Nasib lebih nahas menimpanya, saat mendatangi demonstrasi mahasiswa menolak wacana perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta, 11 April 2022 lalu. Dia mengalami penganiayaan brutal oleh peserta demonstrasi. Enam pelakunya diburu dan kemudian menjadi tersangka.
CENDEKIAWAN berdarah Minang lainnya yang gigih membela Jokowi - Prabowo adalah Hasan Nasbi, S.IP. Seorang konsultan politik, pendiri lembaga survei Cyrus Network. Dia baru saja diangkat menjadi Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan per 19 Agustus ini, setelah sebelumnya menjabat Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Prabowo-- Gibran.