Praktik agama Buddha mendorong individu untuk menjalani kehidupan yang bebas dari pikiran dan tindakan negatif. Hal ini termasuk melakukan menghindari kritik dan hinaan karena dapat membangkitkan kepedihan dan kesedihan di dalam diri individu yang bersangkutan, serta dapat menyebabkan konflik dan perselisihan antara orang. dalam konteks buddhis , kritik dan hinaan dianggap sebagai perilaku yang tidak patut dilakukan karena bertentangan dengan nilai-nilai kesantunan dan kebaikan.
Namun perlu disadari bahwa tidak ada satu makhluk di dunia ini yang tidak pernah menerima kritik, hinaan dan celaan , karena hal tersebut merupakan bagian dari kehidupan manusia yang penuh dengan perbedaan dan perspektif yang beragam bahkan Buddha sendiri menerima kritik selama hidupnya hal ini disampaikan Buddha dalam Dhammapada syair 227 sebagai berikut
O Atula, hal ini telah ada sejak dahulu dan bukan saja ada sekarang: Di mana mereka mencela orang yang duduk diam, mereka mencela orang yang banyak bicara, mereka juga mencela orang yang sedikit bicara; Tak ada seorangpun di dunia ini yang tak dicela
Meski demikian, agama Buddha mengajarkan pentingnya untuk merespon kritik dan hinaan dengan cara yang bermartabat dan bijaksana, dengan tidak merespon secara emosional tetapi juga tidak mengabaikan sepenuhnya.
Dalam agama Buddha, individu diharapkan untuk tetap tenang dan memahami bahwa kritik dan hinaan adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam hidup dan merupakan kesempatan untuk belajar dan bertumbuh.Oleh karena itu, sangat penting bagi individu yang menjalani praktik agama Buddha untuk menempatkan diri pada level kesantunan dan kebijaksanaan ketika dihadapkan dengan kritik dan hinaan, serta menggunakan pengalaman tersebut sebagai sarana untuk belajar dan berkembang secara pribadi.
menanggapi kritik,celaan atau hinaan secara frontal tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat memperburuk situasi dengan menimbulkan konflik dan perselisihan yang baru. hal ini telah disampaikan Buddha dalam Dhammapada syair ke 3 yang bebunyi demikian:
"Ia menghina saya,ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya."
Selama seseorang masih menyimpan pikiran seperti itu, maka kebencian tak akan pernah berakhir.
Oleh karena itu, praktik agama Buddha mengajarkan untuk menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri atau orang lain demikian juga dalam menghadapi kritik dan hinaan, individu diharapkan untuk menenangkan diri dan mengambil waktu untuk merenung sebelum memberikan respons.
perlu dipahami kritik dan hinaan merupakan bagian dari karma yang pernah kita perbuat, dengan demikian, menghadapi kritik dan hinaan secara bijaksana akan membantu individu untuk membersihkan karma dan menghindari kreasi karma buruk baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H