Buddhisme adalah salah satu agama yang memiliki kultus kepercayaan terhadap iblis atau setan. Namun, pandangan di dalam agama Buddha lebih cenderung untuk melihat setan sebagai manifestasi dari kekuatan negatif atau ketidakberuntung-an yang berasal dari perilaku manusia dalam melakukan tindakan buruk. Bahkan setiap individu dikatakan memiliki "setan" dalam dirinya sendiri, yaitu nafsu atau keinginan yang dapat mengarahkan mereka menjauh dari jalan pencerahan yang telah diajarkan oleh Buddha
Dalam agama Buddha setan bukanlah entitas diluar diri melainkan lebih merupakan refleksi dari keadaan internal manusia itu sendiri. Meski begitu, keberadaan makhluk halus seperti setan dalam bentuk entitas terpisah yang dapat berinteraksi dengan manusia juga dipercayai oleh beberapa tradisi Buddhisme, meski pandangan ini cenderung terbatas dan setan lebih dianggap sebagai makhluk menderita penghuni salah satu alam rendah yang perlu pertolongan agar dapat terbebas dari penderitaan dan terlahir di alam yang lebih baik seperti alam manusia ataupun alam surga para dewa, hal tersebut seperti halnya seorang pengemis yang memerlukan bantuan dan belaskasihan agar hidup lebih sejahtera daripada kekuatan jahat yang harus ditakuti. hal ini tergambar dalam Ksitigarbha sutra di mana Bodhisattva Ksitigarbha dijelaskan sebagai sosok yang baik hati dan pemurah dalam membantu makhluk yang menderita di alam rendah dalam mencapai keselamatan dan terbebas dari penderitaan mereka bahkan beliau bertekad tidak akan mencapai keBuddhaan sebelum neraka kosong. Hal ini menyiratkan bahwa tidak ada satu makhluk pun yang ditinggalkan dalam kesengsaraan dan setiap manusia juga memiliki tanggung jawab moral untuk membantu makhluk lainnya yang menderita agar dapat terbebas dari penderitaan
Agama Buddha,memandang penaklukan keinginan dan nafsu merupakan salah satu cara untuk mengalahkan "setan" di dalam diri dan mencapai kebahagian dalam hidup. Pendekatan Buddhisme terhadap setan membuatnya berbeda dibandingkan dengan agama lain yang juga memiliki pandangan mengenai setan dimana setan dianggap sebagai makhluk jahat yang memiliki kekuatan dan menggoda manusia untuk berbuat jahat yang menjadikan setan dianggap sebagai musuh yang harus dikalahkan melalui doa, puasa, atau pengorbanan tertentu serta penggunaan simbol dan mantra tertentu untuk membersihkan diri dari pengaruh setan tersebut ini artinya agama buddha memandang setan yang berada di dalam diri manusia dalam bentuk sifat buruk seperti kebencian, amarah, dendam dan keserakahan lebih berbahaya dibandingkan setan yang berada di luar hal ini dikarenakan nafsu keinginan rendah dapat mendorong seseorang terlahir di alam rendah sebagai setan ataupun penghuni neraka dan menderita karenanya hal tersebut telah disampaikan Buddha dalam Dhammapada syair ke 17 yang berbunyi demikian: " Di dunia ini ia menderita. Di dunia sana ia menderita. Pelaku kejahatan menderita di kedua dunia itu. ia meratap ketika berpikir, Aku telah berbuat jahat, dan ia akan lebih menderita lagi, ketika berada di alam sengsara."
Ini merupakan pesan moral yang kuat tentang kebijaksanaan dan tanggung jawab moral setiap manusia untuk memerangi nafsu pada diri sendiri untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan dalam hidupnya dengan jalan menjaga pikirannya agar bersih dari sifat-sifat buruk dan memperkuat kebajikan pada diri sendiri. hal ini tergambar dalam syair Dhammapada 14 yang berbunyi demikian " Bagaikan hujan, yang tidak dapat menembus rumah beratap baik. demikian pula nafsu, tidak dapat menembus pikiran yang telah dikembangkan dengan baik."
Ini pesan yang sangat jelas bahwa Buddhisme menekankan pentingnya perhatian penuh dan peningkatan diri untuk mengatasi setan batin dan mencapai kedamaian batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H