Lihat ke Halaman Asli

Supriyadi

Penulis

Menikmati Panorama Jalur Torean

Diperbarui: 9 Oktober 2024   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menunggu antri turun disini (foto:dokpri)

XPDC Gunung Rinjani  (Bagian 9)

Sekitar sepuluh menit berjalan kami bertemu dengan sebuah turunan panjang berupa jalan tanah berbatu dan berdebu tebal. Di tempat ini terjadi kemacetan karena pendaki harus turun secara bergantian. Dan pagi itu pendaki yang turun banyak sekali dengan waktu yang bersamaan.

Setelah berhasil melewati turunan tersebut, saya berhenti di ujung jalan untuk mengambil hp dan mengabadikan momen pendaki yang sedang antri berjalan turun tersebut. Sebelum berjalan lagi saya sempatkan untuk melepas baju pdl karena sudah mulai terasa gerah. Jadi saya cukup memakai kaos oblong saja untuk melanjutkan perjalanan turun ini.

Iring-iringan pendaki yang berjalan turun melewati jalur Torean pagi ini seperti tak ada putusnya karena saking banyaknya orang. Beberapa kali terjadi kemacetan ketika sampai di jalan turunan yang tajam dan jalannya sempit. Beberapa guide terlihat mendampingi dan menuntun tamu mereka yang merupakan ibu-ibu yang sudah berumur. 

Pendaki mengular bergantian naik tangga (foto:dokpri)

Beruntung di beberapa titik turunan yang agak rawan sudah tersedia tali pengaman untuk pegangan. Jadi sangat membantu sekali bagi pendaki yang melewati jalur ini. Saya juga melihat beberapa batang pohon atau akar pohon yang menyembul di kanan kiri jalur, kulitnya sangat halus karena seringnya dijadikan pegangan tangan pendaki yang lewat.

Ternyata jalan turunan yang terus berulang ini membawa kami tiba pada hamparan kolam-kolam kecil yang berisi air panas dengan warna air hijau tosca. Beberapa orang terlihat sedang mandi dan beredam. Banyak diantara mereka ibu-ibu dan juga ada anak-anak selain para lelaki dewasa. Rupanya mereka ini adalah penduduk lokal yang sedang menjalani ritual atau pengobatan dengan berendam air panas.

" Kami sudah satu minggu disini untuk mandi dan berendam." Jelas seorang ibu kepada pendaki yang bertanya kepadanya.

"Jam dua pagi pun kami berendam, tidak kedinginan kan airnya panas. Jadi lebih enak mandi, daripada di tenda kedinginan" imbuhnya lagi.

Penduduk lokal banyak yang berendam disini (foto:dokpri)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline