Lihat ke Halaman Asli

Suprihadi SPd

Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Aktivitas di Ruang Tunggu Bandara ketika Menanti Panggilan Naik ke Pesawat

Diperbarui: 7 Juli 2024   04:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Aktivitas di Ruang Tunggu Bandara ketika Menanti Panggilan Naik ke Pesawat

Kegiatan atau aktivitas apa yang dapat dilakukan ketika berada di ruang tunggu bandara? Anda yang sering bepergian menggunakan transportasi pesawat udara tentu sudah dapat merancang, kegiatan apa saja yang perlu dilakukan sambil menunggu panggilan untuk naik ke atas pesawat.

Umumnya para calon penumpang pesawat tiba di ruang tunggu bandara tiga atau dua jam sebelum jadwal penerbangan sesuai yang tercantum dalam aplikasi saat membeli tiket pesawat. Ada pula yang baru datang satu jam sebelum pesawat take off. Tentu semua mengandung risiko atau konsekuensi.

Jika kita datang terlalu awal, kita harus pandai-pandai mengisi waktu menunggu agar waktu yang tersedia bermanfaat dan tidak membosankan. Jika kita datang ke bandara dalam waktu yang mepet, kita perlu bergerak cepat mengingat jalan yang harus dilewati cukup panjang dan perlu waktu tidak sebentar.

Berangkat Lebih Awal Banyak Waktu di Bandara

Saya dan istri tercinta berangkat dari rumah ibunda di Klaten mendekati pukul setengah lima pagi (Selasa, 2/7/2024). Sengaja kami berangkat lebih awal agar tidak tergesa-gesa saat tiba di bandara. Menurut jadwal yang tertera dalam aplikasi, jam terbang pukul 09.45 WIB. Perjalanan dari Klaten ke bandara YIA di Kulon Progo sekitar dua jam. Jika berangkat pukul setengah lima, berarti pukul setengah tujuh sudah tiba di bandara. Berhubung kami singgah sebentar di SPBU dan swalayan, hampir pukul tujuh kami baru tiba di bandara.

Biaya Wrapping satu tas Rp 75.000 (dokpri)

Masih ada waktu cukup lama untuk berleha-leha di ruang cek-in. Sebelum melakukan cek-in, terlebih dahulu kami "membungkus" satu tas (bukan koper) yang berbiaya Rp 75.000 (tujuh puluh lima ribu rupiah). Petugas melayani kami dengan santun. Tas yang tidak terlalu besar itu perlu "dibungkus" (wrapping) untuk menjaga keamanan dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab.

Satu tas yang di-wrapping (dokpri)

Untuk dimasukkan ke dalam bagasi, tas tersebut perlu "diselimuti" agar kami merasa tidak khawatir meskipun isi tas hanyalah pakaian biasa. Selain tas, ada satu kardus yang kami ikat ala kadarnya. Sengaja tidak kami ikat secara rapi agar aman. Orang yang melihat kardus itu akan berpikir seribu kali untuk "mengganggu" karena tampilannya kurang menarik. 

Satu kardus dibungkus acak-acakan (dokpri)

Kami tidak langsung melakukan cek-in setelah selesai "menyelimuti" tas yang tidak terlalu besar itu. Loket untuk cek-in belum buka saat kami tiba di tempat duduk dekat ruang untuk cek-in. Saya perlu mencetak boarding pas atau tiket untuk naik ke pesawat. Saya paling malas melakukan cek-in dengan aplikasi (cek-in online). Hal itu akan merepotkan pada saat pemeriksaan tiket. Ponsel harus disodorkan kepada petugas dan dilakukan pencatatan. Jika baterai atau sinyal internet lemot tentu akan menimbulkan masalah. 

Hal itu yang  membuat antrean menjadi lama. Berbeda dengan tiket cetak. Ketika para penumpang membawa tiket cetak, petugas tinggal menyobek tiket tersebut dan tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk mencocokan nama pada tiket dengan nama pada KTP.

Teh hangat (dokpri)

Sambil menunggu waktu cek-in (memasukkan barang bagasi melalui petugas), saya sempat mencari minuman hangat (teh) di salah satu "warung" di sana. Untuk mendapatkan satu cangkir teh hangat ternyata perlu waktu lebih sepuluh menit. Ada antrean dan proses pemasakan air untuk dibuat minuman teh itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline