Lihat ke Halaman Asli

Suprihadi SPd

Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Bernostalgia Makan Soto Ayam Seorang Diri Membuat Kikuk dan Salah Tingkah

Diperbarui: 3 Juli 2024   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soto ayam plus sate hati ayam dan ampela (dokpri)

Bernostalgia Makan Soto Ayam Seorang Diri Membuat Kikuk dan Salah Tingkah

Menikmati semangkok soto ayam sangat nikmat ketika dilakukan beramai-ramai bersama kawan. Pada saat masih aktif bekerja, saya sering mengajak atau diajak teman kantor untuk menikmati soto ayam yang hangat dan lezat di warung dekat kantor kemenag (kementerian agama) Kabupaten Penajam Paser Utara di lingkungan Islamic Center. Waktu itu ketika ada kawan berulang tahun, kami sering berombongan makan-makan di warung sederhana tetapi enak masakan sotonya.

Hari Rabu (3/7/2024) saya ingin menikmati soto di tempat itu lagi. Berhubung saya sudah purnatugas alias pensiun, saya berangkat ke warung soto itu seorang diri. Aroma dan kelezatan kuah soto membuat rindu, ingin menyantap lagi.

Setelah selesai urusan di bank dan kantor pos, waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 Wita. Gerimis tipis masih mengguyur. Namun, saya tetap melajukan sepeda motor menuju warung soto yang berada di pinggir jalan satu deret dengan kantor kemenag kabupaten. Jarak yang harus saya tempuh lebih dari enam kilometer dari kantor pos Penajam.

Dokpri

Tiba di lokasi, saya melihat tidak banyak pengunjung atau pembeli berada di warung soto tersebut. Beberapa orang tampak sudah selesai menikmati soto. Mereka sedang melakukan pembayaran. Saya berdiri di dekat mereka sambil tidak lupa melakukan aksi jeprat-jepret.

Ada beberapa orang pembeli memakai seragam tetapi tampaknya mereka membayar masing-masing sehingga perlu waktu agak lama saya harus menunggu proses pembayaran yang mereka lakukan. Setelah para pembeli berseragam coklat itu berlalu, saya pun segera memesan "model" makanan soto yang saya inginkan.

"Lombok satu, nasi dipisah!"

Warung soto tersebut tidak menyiapkan sambal untuk menambah nikmat rasa soto. Para pembeli diminta menyebutkan jumlah lombok (cabai) yang langsung digilas (diuleg) di dalam setiap mangkok soto. Seperti biasa saya cukup satu lombok. Kemudian nasi dipisahkan dalam mangkok lain. Jika pembeli tidak mengatakan nasi dipisahkan, maka nasi langsung dicampurkan dalam satu mangkok dengan kuahnya.

Makan Seorang Diri Membuat Salah Tingkah

Setelah saya melakukan pemesanan "model" soto yang saya inginkan, segera saya mendekati rombong atau lapak tempat gorengan disajikan. Sebelum memesan, saya bertanya lebih dahulu apakah gorengan yang sudah tersedia itu masih hangat. Penjaga gorengan menanyakan apakah saya menginginkan gorengan yang masih hangat. Tentu saja.

"Baik, saya gorengkan sebentar, ya!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline