Buku sebagai Suvenir Tamu, Sudahkah Menjadi Budaya?
Pada saat pejabat suatu lembaga atau instansi berkunjung ke lembaga atau instansi lain di luar daerah, adakalanya diagendakan acara pertukaran suvenir. Pihak tamu memberikan suvenir dan pihak tuan rumah juga memberikan suvenir. Umumya suvenir berupa plakat yang ditempatkan pada semacam kotak (peti) berukuran sedang, sesuai besar kecilnya plakat.
Selain plakat, suvenir berupa barang kerajinan sudah tidak asing lagi. Daerah yang memiliki kerajinan khas, akan dengan bangga memberikan suvenir berupa kerajinan yang menjadi ciri khas itu. Ada kain batik, kerajinan rumah tangga, dan tidak jarang berupa makanan/camilan kering yang ringan dengan merek lokal.
Suvenir berupa Buku
Pada saat pengawas sekolah dari Kabupaten Kutai Kertanegara (Kukar) berkunjung ke Kabupaten Penajam Paser Utara, khususnya ke Dinas Pendidikan (Disdikpora), ada pertukaran suvenir berupa plakat. Selain itu, ada seorang pengawas sekolah dari Kukar yang memberikan suvenir berupa buku karyanya.
Alhamdulillah, pada kesempatan itu (Ahad, 20/8/23) saya diberi waktu untuk memberikan kenang-kenangan berupa buku. Ada buku solo dan ada pula buku antologi.
Pak Jumio membacakan nama-nama pengawas yang akan menerima buku kenang-kenangan tersebut. Daftar nama diperoleh dari ketua APSI (Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia) Kukar, Pak Akhyar. Nama yang dipanggil untuk naik ke atas podium sesuai nomor urut dalam daftar tersebut. Pak Akhyar dipanggil urutan pertama.
Kemudian urutan kedua, sekretaris APSI Kukar, Pak Mardi Santoso. Namanya mirip dengan nama pemgawas PPU, Pak Sugeng Mardisantoso.
Kemudian Pak Jumio memanggil Pak Rubiyanto. Kawan pengawas ini pernah (sering) jumpa pada saat pelatihan atau bimtek di Kota Samarinda.