Pelepasan Siswa Kelas IX SMP 8 PPU di Lamin Etam Ambors Kutai Kartanegara
Lokasi SMP 8 PPU di Desa Sebakung Jaya, Kecamatan Babulu, PPU, Kaltim. Pada hari Rabu tanggal 24 Mei 2023 siswa kelas IX sekolah itu "dilepas" di objek wisata yang cukup dikenal di Kota Balikpapan dan sekitarnya, yaitu di Lamin Etam Ambors. Lokasi objek wisata alam itu masuk wilayah Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Nama desa tempat objek wisata itu adalah Ambarawang. Nama Ambors kemungkinan besar diambil dari singkatan Ambarawa dan Samboja.
Ada tiga bus untuk mengangkut tiga rombel (rombongan belajar) siswa kelas IX SMP 8 PPU dan para guru pendamping. Perjalanan dari Kecamatan Babulu menuju pelabuhan kapal feri Penajam memakan waktu lebih dari satu jam. Saya merasa beruntung karena diizinkan mengikuti kegiatan tersebut. Saya ikut rombongan menemani pengawas pembina SMP 8 PPU, Pak Mokhamad Syafii.
Tiga bus masuk ke kapal feri tanpa antre lama. Kami bergembira karena posisi bus di depan. Ruang penumpang berada di lantai atas. Kami harus menaiki tangga agak tinggi untuk mencapai tempat duduk yang cukup nyaman. Untuk kenang-kenangan, saya mengabadikan keberadaan kami di dalam kapal feri itu saat masih mengenakan kaos pengawas. Bu Wagiyamawati, kepsek SMP 8 PPU mendekati tempat duduk kami.
Ada minuman hangat dipesankan untuk kami. Selain itu, Bu Watik, demikian nama panggilan kepsek itu, menyodorkan roti yang masih terbungkus (tersegel). Bukan hanya itu, Bu Watik juga menyodorkan kaos berwarna biru tua untuk kami.
"Dipakai sekarangkah ini?"
Demikian kira-kira pertanyaan Pak Mokhamad Syafii.
"Terserah, Bapak aja!"
Untuk menghormati pemberian orang dan demi kebersamaan, Pak Mokhamad Syafii segera menuju kamar kecil untuk berganti kostum. Setelah ia kembali, gantian saya yang ikut ganti kaos. Untung kami membawa tas yang cukup untuk menampung kaos yang sudah kami lepas.
Kami merasa satu frekuensi dengan kepsek dan dewan guru serta staf SMP 8 PPU. Dengan mengenakan seragam yang sama kami tidak merasa canggung atau berbeda dengan mereka.
Kapal feri langsung berangkat begitu kami duduk dan menikmati minuman hangat. Roti pemberian Bu Watik tidak langsung saya makan. Roti sisir itu saya simpan ke dalam tas. Perut saya belum siap untuk diisi camilan. Kalau minuman hangat selalu siap.