Lihat ke Halaman Asli

Suprihadi SPd

Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Diuji Pengetahuan Zaman Sekolah

Diperbarui: 22 April 2023   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar Samber hari ke-22 (dokpri)

Diuji Pengetahuan Zaman Sekolah

Pagi-pagi usai waktu subuh, saya membuka blog Kompasiana. Tantangan pada hari ke-22 benar-benar penuh misteri. Memori pada benak harus dibuka lembar demi lembar. Pengetahuan dasar yang dipelajari saat masih sekolah ditanyakan. Demikian pula pertanyaan terkini juga diajukan.

Untuk pertanyaan terkait pelajaran zaman sekolah, sebagian masih saya ingat. Namun, untuk pertanyaan terkait kekinian, saya meraba-raba jawabannya. Antara ya dan tidak di antara dua pilihan sering menimbulkan dilema. Namun, pilihan harus dijatuhkan. Semoga pilihan yang saya "klik" tidak keliru.

Hidup Penuh Pertanyaan

Dalam kehidupan ini memang banyak pertanyaan yang harus siap dijawab dengan cepat. Ada "timer" yang membatasi. Siap atau tidak siap kita harus memberikan jawaban. Apalagi sudah ada opsi yang harus dipilih. Kita dituntut untuk menimbang-nimbang, opsi mana yang paling tepat.

Ada opsi (pilihan) yang sering menimbulkan rasa bingung. Pengetahuan masa lalu atau info yang sudah lewat terkadang belum tersimpan rapi pada memori otak kita. Kalau kita jarang bahkan tidak pernah membaca atau mendengar sesuatu hal, tentu kita tidak akan memiliki "catatan" dalam benak kita. Di situlah letak "ketidaktahuan" kita terdeteksi.

Sesuatu yang pernah kita baca dan dengar pun sering sudah "tertimbun" dengan informasi lain yang lebih mutakhir, apalagi informasi yang sama sekali belum pernah kita dengar-baca, pasti membuat kepala menjadi pusing.

Hidup kita memang penuh pertanyaan. Setiap hari kita dihadapkan dengan pertanyaan. Kita harus siap menghadapi berbagai pertanyaan itu. Bagi para bujang yang belum memiliki calon pendamping, pasti akan merasa "bosan" dengan pertanyaan, "Kapan menikah?" pada saat bersilaturahim lebaran.

Jawaban harus disiapkan dengan bijak agar pemberi pertanyaan dapat memaklumi kondisi kita. Tidak perlu merasa "jengkel" atau "marah" jika pertanyaan seperti itu selalu diajukan orang lain. Mereka bertanya karena merasa peduli dengan kondisi kita.

Untuk pasangan yang sudah menikah dan belum dikaruniai momongan, pasti juga akan ditanya, "Mengapa belum punya momongan?" Terkadang tuduhan "mandul" atau keadaan "tidak subur" sangat menyakitkan. Untuk itu, pasangan yang belum diberi momongan harus melakukan upaya semaksimal mungkin agar dapat memberikan jawaban yang masuk akal.

Pengalaman sewaktu kami sudah menikah satu tahun dan belum diberi momongan benar-benar merupakan pengalaman berharga. Pada tahun 1989 kami menikah. Satu tahun kemudian, tahun 1990 kami belum diberi momongan. Sementara itu, rekan kerja kami yang menikah belakangan justru sudah diberi momongan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline