Kembali Beraktivitas setelah Cuti
Beberapa kawan pengawas kaget melihat kemunculan saya di ruang pengawas. Mereka menyalami saya dan berkomentar dengan kalimat hampir sama.
"Saya kira cuti sampai hari Senin!"
Ya. Saya mulai cuti kerja sejak hari Senin, 16 Januari 2023 hingga hari Kamis, 19 Januari 2023. Pada hari Jumat (20/1/2023) saya sudah masuk kerja. padahal hari Senin berikutnya, tanggal 23 Januari 2023 tanggal merah (cuti bersama).
Tiket pesawat pulang sudah saya beli untuk penerbangan hari Kamis, 19 Januari 2023. Kalau saya ubah jadwal, kemungkinan ada biaya yang harus dikeluarkan. Lagi pula, urusan saya selama tiga hari sudah selesai. Untuk apa memperpanjang cuti? Lebih baik segera pulang ke Penajam.
"Semakin lama di Jawa semakin menguras isi kantong!"
Demikian jawaban saya diplomatis. Memang demikian fakta di lapangan. Orang yang mudik, pasti akan keluar uang banyak. Semakin lama tinggal di kampung akan semakin banyak uang dikeluarkan. Godaan untuk membeli ini dan itu serta bepergian ke sana ke mari, semua perlu biaya.
Jarang terjadi, orang mudik mendapatkan pemasukan atau penghasilan melebihi pengeluaran. Pemasukan dari bekerja. Bukan memperoleh harta warisan, lho!
Hari Jumat (20/1/2023) yang ceria, saya dapat mengikuti apel di halaman kantor disdikpora. Kali ini saya berbaris pada deret kedua. Pada deret pertama berdiri Pak Daman, sekretaris disdikpora. Di sebelahnya, kadisdikpora. Di sebelah Pak Alimuddin berdiri kabid Paud Dikmas, kemudian Pak Sukoco dan Pak Jaling, serta Pak M. Hanafi. Pada deret kedua, di sebelah saya adalah Pak Agus, penilik sekolah.
Saya tidak sempat memotret peserta pengawas lain karena sinar surya begitu terik. Agak sulit mencari posisi untuk memotret karena tempat kami berdiri cukup sempit. Saya memotret sesuai jangkauan. Selain sebagai tukang memotret, saya juga peserta apel. Dengan begitu, kurang leluasa dalam bergerak.
Seperti waktu sebelumnya, setelah apel selesai, kami memasuki ruang pengawas. Entah disengaja atau tidak tampak empat pengawas PJOK (olah raga) berkumpul di sudut ruang. Mereka berbincang cukup serius. Paling banyak bersuara adalah Pak Syamsuddin. Kemudian ditimpali oleh Pak Jaling, Pak Sukma, dan Pak Habel Hewi.