Lomba Bulan Bahasa Jenjang SMP, 22 Oktober 2022
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Di bawah gerimis, satu demi satu mobil yang mengantarkan peserta lomba berdatangan di SMP 25 PPU. Ada dua cabang lomba yang diselenggarakan oleh panitia MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Bahasa Indonesia jenjang SMP/MTs. Kabupaten PPU (Penajam Paser Utara), Kalimantan Timur.
Gapura SMP 25 PPU tampak megah. Spanduk terpampang dengan tulisan cukup jelas. Tulisan "Selamat Datang" dengan huruf paling besar. Ada tiga foto terpampang: kepala disdikpora, ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) SMP/MTs Kabupaten PPU, dan ketua MGMP Bahasa Indonesia.
Tema yang diusung tahun ini adalah "Melalui Bahasa,Generasi Bangkit Bersama Mengukir Prestasi". Generasi yang dimaksud tentu saja para peserta didik yang mengikuti lomba menulis cerita pendek (cerpen) dan membaca puisi. Tahun ini hanya dua cabang lomba yang disepakati dalam rapat atau MGMP bulan sebelumnya di SMP 13 PPU. Waktu itu saya juga menghadiri kegiatan rapat tersebut.
Saya berangkat ke SMP 25 PPU menumpang (menebeng) mobil kepsek SMP di wilayah Bulu Minung itu. Kebetulan rumah Pak Nuzuludin Susanto tidak jauh dari tempat tinggal saya. Cukup berjalan kaki, saya menuju rumah di dekat kantor BRI Penajam itu.
Driver yang mengemudikan mobil Pak Nuzuludin Susanto adalah guru Seni Budaya sekolah itu. Kebetulan rumah Pak Woko, demikian panggilan nama guru itu, di seberang Teluk Balikpapan. Kondisi fisik Pak Nuzuludin belum sehat benar sehingga perlu orang lain untuk menjadi driver.
Tiba di area sekolah, suasana sudah cukup ramai. Kendaraan yang masuk ke halaman sekolah harus antre karena jalanan sempit dan licin. Beberapa guru laki-laki SMP 25 PPU menjadi "juru parkir" sukarela. Mereka memberi aba-aba mobil yang masuk harus diarahkan ke posisi seperti apa.
Saat kami melongok mobil yang baru datang, ternyata ada mobil dari juri lomba baca puisi. Bu Sulfiana dengan senyum khasnya menyapa kami yang sudah berdiri dekat pintu masuk ruang kepala sekolah. Tidak lama kemudian, Bu Yaleswati tiba bersama Bu Pedie Dawid.
Untuk sejenak, kami beristirahat di ruang kepala sekolah sambil menunggu pejabat dari disdikpora (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga). Komunikasi pun dilakukan untuk memastikan, siapa yang akan hadir dalam acara pembukaan Lomba Bulan Bahasa tersebut.
Kedatangan saya selain sebagai pengawas mata pelajaran bahasa Indonesia, juga sebagai salah satu juri lomba baca puisi. Kali ini Pak Sugeng Mardisantoso berhalangan hadir karena kondisi fisik masih belum fit. Beberapa saat kemudian, kami diminta memasuki ruang pertemuan tempat dilaksanakan seremoni pembukaan.
Ruang pertemuan sudah dipenuhi para peserta lomba. Sebagian guru pendamping (guru bahasa Indonesia) duduk-duduk di dekat meja registrasi peserta lomba dan di dekat tempat duduk para siswa. Pada kursi untuk tamu undangan masih kosong sebelum kami masuk.