Berhari Ahad di Pasar Induk Penajam
Hari Ahad merupakan hari libur kerja saya. Istri meminta diantarkan ke pasar induk Penajam. Saya pun menyanggupi dengan penuh semangat. Pagi hari ini banyak orang pergi ke pasar. Hari Ahad para pegawai pemerintah libur kerja. Berbagai kendaraan pribadi dapat ditemukan pada parkiran pasar.
Angkutan umum hanya sesekali melintas. Masyarakat sudah banyak yang memiliki kendaraan pribadi, baik sepeda motor atau mobil. Saya cukup terbantu dengan motor butut yang masih nyaman dikendarai. Kemarin baru saja diservis. Saya dapat mengendarai lebih nyaman.
Hanya beberapa menit kami sudah tiba di depan pasar yang cukup luas itu. Istri meminta saya untuk diturunkan pada bagian depan pasar. Biasanya, ia minta diturunkan di samping kiri pasar, dekat dengan kantor pengelola pasar.
Begitu istri turun dari boncengan, ia berpesan agar ditinggal saja. Artinya, saya tidak diminta untuk menunggui hingga selesai berbelanja. Biasanya memang seperti itu. Tugas saya hanya mengantarkan hingga pasar. Urusan pulang, ada ojek yang siap membawanya pulang ke rumah.
Saya tidak langsung pulang. Ada penjual burjo (bubur kacang hijau) yang saya datangi. Saya sudah cukup lama menjadi pelanggan burjo itu. Ia berjualan dengan sepeda motor. Tempat tinggalnya di sekitar Kelurahan Petung, 17 kilometer dari Penajam. Warung (rombong) burjo miliknya ada di samping kantor bank BRI Petung. Setiap hari Kamis dan Ahad, ia berjualan di pasar induk Penajam dengan mengendarai sepeda motor. Warung (rombong) di Petung tetap buka. Ada keluarganya yang menjaga di sana.
"Burjo, dua, Lik!"
Saat saya tiba di dekat sepeda motor penjual burjo itu, ada beberapa pembeli yang sudah antre. Saat tiba giliran saya, kalimat tadi yang saya ucapkan. Seperti biasa saya hanya membeli dua bungkus burjo tanpa es.
Dengan gesit lelaki berbadan agak gemuk itu melayani pesanan saya. Setelah dua bungkus burjo dibungkus dengan kantong plastik, ia sodorkan kepada saya sesudah dimasukkan ke dalam kantong plastik (kresek) warna putih.
Satu lembar uang kertas lima puluh ribuan saya sodorkan. Tidak lama kemudian uang kembalian saya terima. Ada tiga lembar uang kembalian. Satu lembar uang dua puluh ribuan, satu lembar uang sepuluh ribuan, dan satu lembar uang lima ribuan. Saya pun menghitung-hitung. Total tiga puluh lima ribu. Padahal harga satu porsi burjo adalah delapan ribu rupiah. Seharusnya, uang kembalian hanya tiga puluh empat ribu rupiah. Berarti ada kelebihan uang kembalian seribu rupiah. Saya berjanji untuk menambahkan uang seribu rupiah pada pembelian burjo berikutnya. Tidak enak mendapatkan diskon yang tanpa pemberitahuan.
Penajam Paser Utara, 18 September 2022