Orang tua yang pada zaman sekolah dulu, khususnya di SMA tahun 90-an tentu tidak asing dengan pola kalimat SPO ini (subjek, predikat, objek). Pola kalimat yang 'terkenal' dan mudah diingat adalah pola SPO (terkadang ada tambahan Keterangan, sehingga polanya menjadi SPOK).
Pola sederhana SP (subjek-predikat) sangat mudah dikenali. Jika dalam satu kalimat ada dua kata, bisa dimungkinkan satu kata sebagai S dan kata yang lain sebagai P. Marilah kita ingat kembali pola S-P.
Ayah pergi. S P
Ayah Umar akan pergi. S P
Selanjutnya, kita akan bersama-sama mempelajari pola S-P-O (subjek-predikat-objek). Satu hal yang perlu diingat bahwa posisi O (objek) selalu di belakang atau setelah P (predikat). Posisi itu tidak dapat disisipi oleh fungsi kalimat yang lain.
Marilah kita perhatikan contoh kalimat berikut.
Nenek memanggil Ahmadi. S P O
Ridwan menelepon Juwita. S P O
Ada pertanyaan yang muncul, mengapa Ahmadi dan Juwita dapat menduduki O (objek)? Apa alasannya? Untuk menentukan suatu unsur kalimat dapat menduduki O (objek) atau tidak, kita harus membuktikan dengan menjadikan kalimat tersebut menjadi kalimat kebalikannya. Jika kalimat tersebut termasuk kalimat aktif (transitif), kita harus dapat mengubahnya menjadi kalimat pasif (transitif).
Nenek memanggil Ahmadi. (dapat diubah menjadi) Ahmadi dipanggil nenek. S P O S P O
Ridwan menelepon Juwita (dapat diubah menjadi) Juwita ditelepon Ridwan. S P O S P O