Lihat ke Halaman Asli

Supri Alvin

Pimpinan Umum Pers Mahasiswa Suarausu 2019, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2017, Editor, Freelance Wedding Videographer.

Jangan "Terserah", Kita Belum Kalah

Diperbarui: 16 Juni 2020   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Titik puncak rasa geram perempuan biasanya tersematkan kata "terserah". Sebuah kata sederhana namun penuh intimidasi bagi pria. Harap-harap cemas dibayangi tuduhan tidak peka, si pria berusaha menafsirkan makna "terserah" yang dilontarkannya. Perlu ketelitian dan kehati-hatian agar tidak terjadi peperangan yang tidak diinginkan.

Di tengan pandemi virus corona. Kata "terserah" digaungkan oleh tenaga medis. Foto dan video tenaga medis lengkap dengan seragam Alat Pelindung Diri (APD) berseliweran di kanal media sosial. Dalam foto dan video tersebut mereka menuliskan "Indonesia Terserah". Menyusul tagar #IndonesiaTerserah trending di Twiter pada Senin (18/5/20)

Hal ini dikarenakan tenaga medis kesal dengan orang-orang yang menyepelekan efek dari virus corona.  Sikap menyepelekan itu terlihat dari banyaknya kerumunan di jalan, pusat perbelanjaan, hingga bandara tanpa mengikuti arahan protokol kesehatan.

Alibi orang-orang ini, tidak lain tidak bukan karena merasa bosan dirumah. Ada juga yang abai karena menganggap virus corona bukanlah virus berbahaya melainkan virus yang dapat sembuh sendiri.

Sekiranya ada orang orang yang keluar rumah karena alasan mencari sesuap nasi, masih dapatlah kita maklumi. Tetapi kepada kelompok orang-orang tanpa adanya kebutuhan mendesak wajar saja kesal, kan?

Gerakan solidaritas kepada tim medis mulai berdatangan. Twit  yang menunjukan kekecewaan warganet terhadap penanganan virus corona di Indonesia, membanjiri linimasa twiter dengan tagar #IndonesiaTerserah. menyusul lagu Rap "Terserah" viral di media sosial.

Wajar saja saat ini para tenaga medis serta kelompok orang yang berusaha memutuskan rantai penularan virus corona kecewa. Namun jangan sampai meruntuhkan komitmen yang selama ini telah kita jaga untuk memerangi virus corona.

Mungkin sebagian dari kita berpikir bahwa semua yang kita lakukan sia-sia. Jawabannya TIDAK. Tidak ada yang sia-sia. Lihat saja buktinya saat ini kita masih nyaman tidur di rumah, tidak menjadi pasien positif virus corona. Tetaplah bertahan dalam perjuangan karna kalah bukan pilihan.

Ingatlah perjuangan kita selama ini. Rebahan seharian hingga ga tau harus gaya rebahan apa lagi, menahan rindu bertemu keluarga, bekerja dari rumah bahkan ada pekerja yang dirumahkan. Para tenaga medis telah rela bertaruh nyawa.  Ingatlah sudah sejauh ini kita berjuang.

Untuk mereka yang masih ngeyel, mari sama-sama kita bina agar mereka paham bahwa yang mereka lakukan itu membahayakan diri serta keluarga mereka. Jika ga bisa dibina, perlu kita binasakan? haha. Biar ga apakali ekan, kalo kata orang medan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline