Dunia mahasiswa adalah area penuh pergolakan dan dinamisasi. Disatu sisi mahasiswa menjadi simbol perlawanan terdepan dalam setiap perubahan zaman. Mereka memerankan idealisme pergerakan dan aksi massif yang efektif. Disisi lain rona kehidupan personal, warna kepribadian dan pemikiran yang bersentuhan dengan ragam arus dan pemahaman cenderung membawa kepada kegamangan dan skeptisme. Bahkan diujung masa study terselip tanya profan, "Mau jadi apa?"
Maka tak cukup mahasiswa mengejar prestasi akademik namun juga modal kecerdasan spiritual yang memadai. Spiritualitas akan mengarahkan visi perjuangan mahasiswa pada keutuhan niat, metode dan capaiannya. Dengan internalisasi nilai spiritual diharapkan mengokohkan jatidiri dan konstribusi maksimal yang dimaknai sebagai amal sosialnya.
Maka inisiasi memberi apresiasi berupa hadiah Al-Qur'an kepada mahasiswa dan ajakan pendalaman interaksi atasnya adalah terobosan melahirkan generasi berkarakter teguh menghadapi arus globalisasi yang menderas kuat.
Teringat kata Cak Nun, "Mahasiswa harus berani belajar, melakukan sesuatu tidak hanya untuk kepentingan jangka pendek. Tetapi juga untuk jangka panjang. Kita belajar dan menanam sesuatu yang mungkin saja baru bisa kita petik hasilnya 10 tahun atau 20 tahun yang akan datang".
Dibagian lain beliau menyampaikan, "Seharusnya umat Islam itu memiliki peluang yang sangat besar untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu memimpin peradaban dunia. Apalagi semua ilmu pengetahuan jelas sudah tertera di dalam Alquran,"
So, ayo mahasiswa terus belajar dan berkonstribusi untuk kemajuan negara dan bangsa berlandaskan nilai spiritualitas nan kokoh yang terpatri dalam diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H