Lihat ke Halaman Asli

supli rahim

Orang biasa

Kala Itu Kami Menuai Padi dengan Ani-ani

Diperbarui: 2 Desember 2024   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ani-ani, dokpri

Bismillah,

Tak jelas kenapa tuai imtuk menuai padi itu disebut ani-ani. Di kampung kami Lubuk Langkap Suka Maju Air Nipis Bengkulu selatan tuai disebut tuai. Tak dikenal ani-ani. Sepanjang penulis tinggal di Lubuk Langkap hingga tahun 1984 kami hanya kenal memanen padi pakai tuai. Belakangan dikenal Power Tresher atau perontok padi dan combine harvester.

Gotong royong dan upahan

Kami di dusun Lubuk langkap kala itu menuai padi dengan ani-ani yang dilakukan dengan gotong royong. Ada yang upahan pada ayah ibu kami. Tapi sering juga ada yang upahan dengan upahnya dalam bentuk padi bukan uang. 

Kami murid Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Tanjung baru membantu alias gotong royong menuai padi du sawah guru kami. Sawah guru kami yang kami bantu menuainya adalah sawah guru Berohan, sawah guru ngaji Zailan, guru kelas Wanit, guru Qadariyah, guru Wahin, guru Mir Ihsan dan lain-lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline