Lihat ke Halaman Asli

supli rahim

Orang biasa

Mahasiswa dan Dosen Magister Ilmu Pertanian PPS UM Palembang Studi Tour ke Muara Padang Banyuasin

Diperbarui: 29 Juli 2024   07:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Bismillah,

Sejumlah 16 mahasiswa dan dosen melakukan studi  tour ke desa tanjung baru Muara padang kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan pada sabtu 27 Juli 2024. Rombongan dipimpin oleh kaprodi  Prof Dr Supli Effendi  Rahim. Sejumlah 4 dosen lain yang ikut antara lain Dr. AD Murtado, Dr Iin Siti Amminnah, Dr Mustapa dan  Dr Neni Marrlina. Adapun staf Adm  yang ikut adalah Dina Badriah, S.Kom. 

Tiga mata kuliah

Studi tour yang diikuti oleh  mahasiswa MIP semester 2 itu mmeliputi mata kuliah strategi pengelolaan pertanian  presisi pada lahan suboptimal, ekonomi sumberdaya dan liingkubgan dan manajemen agroindustri. Sebuah proposal penelitian bersama antara eosen dan mahasiswa dilakukan pengambilan data dan informassi di lapanngan. Setelahj menempuh jarak 106 km dari Palembaag rombongan diterima  di kantor desa Tanjung  Baru Muara Padang.

 Makan siang dan solat

Setelah diterima oleh kades Tanjung Baru Syarkowi, S.Ag , rombongan makan siang dan solat. Setelah rombongan diajak ke sawah yanh sedang panen padi. Disampaikan oleh kades dan korlap Beni Irawan, SSTP bahwa luas lahan sawah dan non sawah di desa Tanjujg baru ini meliputi areal 1500 ha. Jumlah penduduk 1000 jiwa lebih dengan jumlah KK 327. Pernah dibangun tanggul pengendali banji sepanjang 40 km mengelilingi desa Tanjung Baru sayang 9 pintu air belum semuanya rampung. Akibatnya Indeks penanaman padi baru 200. Idealnya 300.

Wawancara 

Penelitian yang kami lakukan bersama antara dosen dan mahasiswa dilanjutkan ke lapangan menemui petani dan pihak terkait. Ada puluhan petani yang kami temui di lapangan. Yang kami kaji adalah tentang penerapan konsep pertanian presisi di lahan pasang surut desa tanjung baru muara padang Banyuasin. Pada tahap awal ini kami dapat informasi bahwa tehnologi sudah diterapkan di pertanian padi sawah tapi belum diterapkan di lahan sawit dan karet. Penggunaan teknologi kebanyakan dilakukan pada pengolahan tanah dan panen. Pada pengolahan tanah dilakukan bajak dan rotari. Biaya pengolahan tanah per hektar adalah Rp 1,2 juta. Sedangkan untuk panen upahnya Rp 2 juta per hektar.

Apakah petani sudah menerapakan ?

Pertanyaan inilah yang ingin kami carikan jawaban. Apakah konsep pertanoan presisi sudah diterapkan dengan baik di areal pasang surut desa Tanjung Baru Muara Padang Banyuasin? Tentu saja jawabannya belum. Msngapa dan bagaimana solusinya ke depan.?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline