Bismillah,
Seorang junior di SMA N 1 BS Suhirman Majid mengshare postingannya di youtube tentang lagu daerah Judulnya "makku nigiak". Lagu itu sangat emosionsl dan menggamit memori penulis. Kok begitu? Iya, ibu penulis meninggal dunia di Mekkah setahun yang lalu tepatnya menjelang wukuf di Arofah 6 zulhijjah 1444 H. Bertepatan dengan 24 Juni 2023. Hari itu penulislah yang pertama kali di telepon dari Mekkah mengabarkan bahwa ibu telah tiada. Meninggal di RS Mekkah. Sebelumnya ibu dirawat di Klinik Haji Indonesia di Mekkah.
Ibuku Inspirasiku
Banyak pelajaran yang penulis petik dari ibu penulis. Pertama, dia orangnya sabar walu dimarah oleh siapapun secara kasar dan kama dia tidak menjawab. Dia diam saja. Kedua, walau sering dimarahi suami tetap saja dia baik sama suami. Ketiga, dia tabah dan kerja keras dalam membantu suami mencari nafkah san mengurus anak yang banyak. Anak ibubada 8 orang. Hingga tulisan ini dipublikasi anak ibu masih 6 orang yang sudah mapan secara ekonomi dan sosial.
Pada waktu penulis SMP dia melarang penulis untuk punya celana panjang selain seragam sekolah. Alasannya nanti kau cewekan akias pacaran. Mak tidak mau kau punya pacar.. Nanti kalau sudah dewasa kau akan sapat istri cantik katanya. Ini kalimat yang sekaligus doa ibu untuk anak sulungnya.
Diajari tanggung jawab
Jika libur sekolah SMA atau libut kuliah ibu memberi tugas khusus kepada penulis untuk memasak masakan khusus yakni gulai ayam. Ayam dipotong lalu diminta penulis untuk menyiapkan gulai untuk keluarga. Masak yang enak katanya. Ini pembiasaan kepada penulis untuk memimpin adik-adik dan keluarga. Karena dibiasakan memasak untuk keluarga itu penulis mampu memimpin bedol rumah di desa. Penulis berhasil membujuk mereka pindah ke kota ke provinsi lain untuk berjuang di kota. Alasan penulis agar mudah bagi adik-adik untuk sekolah.
Penulis tidak menggunaian strategi Firaun untuk menguasai keluarga dengan menjadikannya bodoh. Dan itu mendapat dukungan keluarga ayah dan keluarga penulis sendiri.
Makku Nigiak
Dari video yang dishare oleh Suherman Majid berjudul "Makku Nigiak" itu sangat mengingatkan kembali perjuangan pebukis bersama-sama ibuku itu. Perbah suatu saat karena ayah sakit penulis sebagai anak sulung menjadi pengganti ayah menemani ibu membanting tulang mulai daei menanam ubi dari kebun kakak ibu hingga berjuakan hasil kebun dengan berjalan kaki sejauh 17 km. 7 kilometer dari kebun ke desa penulis. 10 kilometer dari desa penulis ke pekan Palak Padang yang sekarang menjadi Seginim City. Makku kini telah tiada tetapi ilmu, semangat dan kerja keras serta semangat beriibadah masih melekat pada kami anak-anaknya. Selamat jalan ibu swmoga engkau tenang di alam penantian sana. Rabighfirli wali walidayya warhamhuma kama rabbayani saghira. Aamin yra.