Bismillah,
Banyak pihak yang bersedih dan kebakaran jenggot ketika Biro Pusat Statistik (BPS) mengumumkan 10 provinsi termiskin di Indonesia. Termasuk di dalamnya Sumsel, dengan peringkat ke-10. Sebanyak 15 persen atau 1,2 juta jiwa penduduk provinsi itu terkategori miskin. Tulisan ini mencoba mengupas sejumlah penyebab miskinnya penduduk Sumsel.
Sumsel lumbung energi dan pangan
Meskipun Sumsel adalah lumbung energi dan pangan tetapi jangan heran jika banyak penduduknya ketiadaan energi dan pangan. Kenapa? Karena yang punya akses terhadap energi itu hanya terbatas kepada BUMD, BUMN, orang kaya dan pemerintah. Rakyat miskin tidak.
Minyak, tambang, kayu, hasil hutan, dll di Sumsel kebanyakan dikuasai oleh swasta, individu, sedikit oleh negara. Rakyat miskin tidak punya lahan, tidak punya akses dengan minyak, gas, tambang golongan C, emas kuning, dan emas hitam. Jadi jangan heran jika banyak penduduknya miskin.
Jika ada dana CSR rakyat miskin tidak dapat. Terkadang dana itu dikorupsi, terkadang diambil oleh direktur utama, dibawa ke daerah asal direktur utama dll. Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota juga terkadang hanya menjadi penonton saja karena hanya menadahkan nomor rekening saja mengharap belas kasihan BUMN dan para pengusaha swasta.
Kambing hitam
Ketika ada pandemi covid 19 melanda maka predikat sebagai provinsi termiskin itu bisa disalahkan kambing hitam sebagai penyebab. Itu sah-sah saja. Baniir di Kalsel juga kambing hitamnya adalah curah hujan tinggi dan itu benar walau ada tidak benarnya juga.
Persoalan pemiskinan rakyat di Sumsel itu bukan oleh pemerintah sekarang tetapi sudah berlangsung lama dan itu terus terjadi. Pembagian hasil tambang minyak dan gas, antara pusat dan daerah yang timpang juga berdampak besar kepada pemiskinan rakyat. Apalagi dari hasil pembagian itu diambil oleh para tikus-tikus yang mengkerat tempat penyimpanan uang pembagian itu.
Tidak adanya "land reform" untuk membagi-bagi tanah kepada penduduk miskin menjadikan rakyat semakin miskin karena hanya hidup sebagai buruh tani. Pemilik lahan habyalag mereka yang "the have" dengan luasan kemilikan dari puluhan hektar hingga ratusan ribu hektar bahkan ada yang jutaan hektar .
Tujuan negara