Lihat ke Halaman Asli

Supli Rahim

Pemerhati humaniora dan lingkungan

Pengalaman Tak Terlupakan Buyung Nurman Jadi "Juru Pantau" Sebelum Pernikahan

Diperbarui: 9 Februari 2021   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bismillah,

Buyung Nurman adalah seorang penyuluh pertanian terbaik di Provinsi Bengkulu. Ia berkisah tentang juru pantau di desanya dengan gaya saya. Berikut penuturannya. Beruntung masa kecil saya dapat dihabiskan di desa yang membuat saya bisa menikmati keasrian suasana desa yang menggambarkan keramahan penduduknya yang kental memegang dan melaksana adat istiadatnya.

Desa Lubuk Langkap yang terletak lebih kurang 30 km. dari Manna ibukota kabupaten Bengkulu Selatan, di sinilah saya di tempah bagaimana berpartisipasi terhadap kegiatan penduduknya sehari-hari. Satu hal yang tak terlupakan ketika musim pesta perkawinan tiba, yang biasanya di gelar disaat usai panen padi.

Partisipasi masyarakat pada acara ini sangat diperlukan oleh si empunya acara, mengingat rangkaian acaranya cukup banyak menjelang hari puncak penyelenggaraanya, mulai dari mengumpulkan bambu, kayu, tali dan dedaun sampai mendirikan pengujung, tempat masak, atatar, dan lain-lain.

Di samping itu yang tak kala pentingnya pada rangkaian pesta ini adalah musyawarah adik beradik dan beberapa minggu setelahnya diadakan musyawarah adik sanak dusun halaman.

Musyawarah adik beradik ini hanya diikuti oleh penduduk desa yang memiliki hubungan kekerabatan yang relatif masih dekat serta yang dibicarakanpun terbatas pada bagaimana cara mengumpulkan bahan dan peralatan yang diperlukan pada pelaksanaan pesta itu nanti, sedangkan musyawarah adik sanak dusun halaman ini musyawarah yang melibatkan semua penduduk desa serta yang dibahaspun lebih kompelek dan detail.

Tidak hanya kapan mendirikan pengujung dan pengumpulan peralatan lainnya, tetapi di musyawarah ini juga ditentukan petugas-petugas yang akan melakukan seabrek ritual pada saat pesta berlangsung nantinya, antara lain menentukan ketua kerja, tukang masak, tukang katang (angkat), bujang inang, gadis bilik, ketua menda, dan gadis kecil, serta tukang panggil (juru pantau).

Pada tahapan musyawarah inilah terlihat nyata peranserta aktif dari penduduk desa untuk ambil bagian dengan menjadi petugas yang di perlukan itu.

Pada musyawarah adik sanak dusun halaman inilah terpotret berapa banyak " Jungku " di desa itu dengan cara mengamati berapa banyak "Lengguwai" atau   Cerano menghampiri peserta musyawarah,  jika lengguwai di bawah berkeliling  8-9 kali, berarti itulah jumlah jungku di desa tersebut.

Jungku istilah adat yang mengelompokan sebagian penduduk desa berdasarkan asal usul yang memiliki hubungan kekerabatan yang relatif dekat. Kala itu desa lubuk langkap ada kisaran 8-9 jungku.

Kudapan yang disajikan usai musyawarah itu juga khas berupa  "lupis"  yaitu kue yang terbuat dari beras ketan yang di bungkus daun dan berbentuk segi tiga lalu dikukus serta disantap bersama kuwa yang terbuat dari santan kelapa di campur gula aren.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline