Lihat ke Halaman Asli

Supli Rahim

Pemerhati humaniora dan lingkungan

Persiapan Kematian Dr Rusdi Damiri yang Matang: dari Perspektif Adik-adiknya (Part 2)

Diperbarui: 8 Februari 2021   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bismillah,

Seorang dr Rusdi Damiri, SpOG akan lama bisa dilupakan oleh keluarganya. Melalui media sosial penulis mencoba merangkupi "ratapan" adik-adiknya. Mereka itu adalah Prof Dr Nuhayati Damiri, adiknya yang nomor tiga di bawah beliau, Hidayati Damiri, nomor dua dan Irma Febriani, adik yang nomor empat.

Penuturan Prof Nurhayati
Hari ini hari ketiga kepergianmu menghadap sang Khalik, Allah SWT, insha Allah kami ridho dan ikhlas karena memang semua titip Allah.  Semua yang hidup pasti akan mati.

Bila mengenang kakanda yang ganteng, ramah, baik hati, tegas dan shaleh ini sungguh air mata tetap mengalir deras termasuk saat ini. Betapa tidak, sejak almarhum ayanda kena serangan struk  kala itu aku duduk di SMA kelas 3, kakanda Rusdi adalah pengganti ayahanda dalam memtuskan segala hal penting.

Terkenang menjelang tamat SMA, beliau bertanya denganku mau lanjut ke mana, dan kujawab bahwa aku ingin masuk Fakultas Pertanian.

Kakanda menjawab boleh tapi aku harus rajin belajar, karena kita tidak ada tempat minta tolong selain Allah, bersamaan itu juga beliau mengatakan padaku' KAMU HARUS SEKOLAH TINGGI-TINGGI NUR'. Walaupun agak terkejut tapi kata ini kusimpan dalam hati ini.

Alhamdulillah setelah aku diterima di Fakultas Pertanian UNSRI,  kembali aku dipanggil beliau. Kali ini dia menasehatiku dan memintaku berjanji tidak ikutan di IMPALM, alasannya aku cewek dan harus pandai jaga diri.  Saat bersamaan kakakku no 2 yang saat itu sudah bekerja memberiku sejumlah uang untuk daftar ulang. Sungguh beruntung ke dua orang tuaku, mempunyai hanya 2 putra tetapi sangat akrab dan kompak dalam mengambil alih tugas ayah yang tidak dapat bekerja lagi.

Hal ke dua yang paling kuingat dari almarhum kakakku ini adalah saat dia pertama kali menggatikan ayah sebagai WALI NIKAHKU. Saat itu dia menangis dan mendoakanku.

Kenangan yang tersimpan baik juga, saat kami ziarah kubur ayahanda dan ibunda. Di pekuburan Kamboja Palembang  beliau memanggilku. Beliau bertanya mengenai karirku dan kujawab biasa saja. Tidak terduga bagiku, tiba-tiba dia berkata bahwa sebaiknya aku lebih rajin lagi karena dia ingin aku bisa meraih jabatan sebagai GURU BESAR,  sambil berkata "jangan hanya MENANTU ayah dan ibu daja yang professor.  Aku terdiam, terus terang saat itu aku belum berpikir ke arah situ. Namun aku berjanji dalam hati.

Alhamdulillah tahun 2014, apa yang beliau cita-citakan dapat kugapai. Kakanda ini adalah orang yang paling bahagia saat itu.  Kulihat betapa dia bangga dengan ku, namun tetap terus mengajak bersyukur dan mengutamakan Allah.  Masih banyak pelajaran yang bisa dipetik dari beliau. Kakanda Rusdi adalah sosok seorang yang hidupnya penuh dengan semangat, selalu positip terhadap apapun terjadi, sabar dan selalu tawaqal.

Aku kena marah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline