Lihat ke Halaman Asli

Supli Rahim

Pemerhati humaniora dan lingkungan

Mari Kelola dengan Baik Waktu Kita Hidup di Dunia

Diperbarui: 21 November 2020   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bismillah,

Alhamdulillah, Allahumma shalaiala muhammad. Betapa kita pantas selalu bersyukur kepada pencipta kita karena walau kita lalai, walau kita membangkang, walau kita taat, kita selalu diberi nikmat yang banyak. Nikmat masih berbafas, nikmat masih bisa merasakan panas dan dingin, masih tahu beda enak dan tak enak,masih tahu beda asam dan manis. Selawat dan salam mari kita selalu kirimkan, lafazkan "Allahumma shaliala muhammad" sebagai tanda kita berterima kasih kepada nabi Muhammad, yang banyak memperjuangkan peradaban dunia, dari gelap menjadi terang. Tulisan ini memaparkan pentingnya  mengelola dengan baik waktu hidup kita selama di dunia.

Waktu dalam Hidup

Tanpa  kita sadari bahwa hidup manusia itu adalah menunggu waktu dan mengisi waktu. Menunggu waktu adalah bahwa waktu manusia itu ada tiga. Pertama, waktu shalat. Kedua, waktu antara shalat, dan ketiga waktu dishalatkan.

Manusia baik laki-laki maupun perempuan diberi kewajiban untuk mendirikan shalat bukan hanya mengerjakan. Mendirikan artinya ada kejelasan ukuran-ukuran, shalat apa, pukul berapa, di  mana? Bagi laki-lagi diwajibkan ke masjid, di mana azan dikumandangkan. Selain itu, berjemaah dan di awal waktu.

Bagi perempuan, mereka boleh shalat di masjid tetapi yang terbaik di rumah, di kamarnya sendiri. Yang bertugas di kantor, yang dalam perjalanan, menyesuaikan. Shalat ini jika dihayati dan dilaksanaoa  dengan khusuk akan memperoleh sejumlah manfaat. Pertama, shalat adalah pertanda sesorang itu sempurna imannya. Orang yang shalat akan mampu menghindarkan diri dari suatu yang perbuatan keji dan mungkar. 

Orang yang hatinya terpaut dengan masjid akan memperoleh keistimewaan di hari kiamat berupa perlindungan dari Allah swt. Sebaliknya apabila tidak shalat maka orang itu hatinya gelap, hatinya penuh dengan emosional, hatinya tempat bersarang syaithan. 

Mengapa kita masih suka maksiat?

Meski kita shalat belum tentu kita bisa menghindarkan diti dari yang keji dan mungkar. Belum tentu kita hisa menghindarkan dari riba, belum.tentu kita bisa menghindarkan dari mengumpat dan mencela. Itulah gunanya kita terus shalat, terus menyempurnakan  whuduk kita. Shalat itu sempurna sebagai mana kita menggabungkan antara latihan dan pendidikan. Kita jangan bosan untuk belajar dan menerapkan apa yang kita latih. 

Shalat itu sangat tergantung kepada betul apa tidak wudhuk kita, istinjak kita. Bagaimana dengan makanan yang kita makan, halal atau tidak halal. Bagimana pakaian kita, halal atau tidak halal. Maka lagi-lagi kita mesti selalu instrospeksi diri. Ada suatu riwayat bahwa seseorang sudah 60 tahu shalat tetapi tidak diterima shalatnya. Maka kita mesti harus mengiba kepada Allah, jangan-jangan shalat penulis dan pembaca belum atau tidak diterima oleh Allah swt.

Mengelola waktu antara shalat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline