Bismillah,
Alhamdulillah kita mestinya selalu bersyukur kepada Allah apa jua keadaan kita. Karena kita hidup dalam pengetahuan Allah, perlindungan Allah dan hidayah Allah. Salam dan selawat selalulah kita kirimkan kepada nabi Muhammad saw bahwa dia banyak berjasa dalam kehidupan kita karena beliaulah kita ada dalam era terang benderang, terlepas dari era kegelapan. Allahumma shalaiala muhammad. Tulisan ini mencoba memaparkan disparitas kesehatan global.
Mengajar sambil menguji
Saya mengajar selalu melakukan ekperimen kepada para mahasiswa saya. Ujian itu adalah suatu jebakan untuk mengecek keperibadian mereka dan atau juga kemampuan mereka berbahasa asing. Pelajaran "global health", "Environmental health" yang saya ajar pada mahasiswa MKM Bina Husada sesekali saya sajikan dalam bahasa Inggeris. Demikian juga, pada saat yang lain saya menshare buku elektronik sebagai bagai bahan lelang dalam rangka meminta bayaran terhadap buku sang dosen dalam bentuk "soft copy,".
Tujuan saya melelang adalah untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk "peduli" kepada karya dosen mereka. Ada yang langsung peduli, ada yang tidak peduli. Waktu saya belajar di Inggeris, saya beli semua buku dosen dengan dua tujuan. Pertama, saya bisa memahami apa yang dosen saya tulis, kedua, sebagai ungkapan terima kasih kepada ybs. Alhamdulillah, dengan membeli buku dosen ilmu saya barokah. Rezeki saya juga barokah. Dosen saya itu namanya prof Roy Morgan, saya juga jadi profesor 11 tahun setelah selesai dari bimbingannya.
Apalagi pelelangan buku e-book saya kali ini saya 100 persen saya peruntukan pembangunan musholah di suatu tempat. Kepada yang membeli saya doakan secara khusus agar hidup mereka bahagia, sehat dan sejahtera selalu. Yang tidak membeli saya doakan hal yang sama. Saya tidak berkecil hati.
Disparitas kesehatan global
Dalam paparan saya sore itu saya menyoroti sejumlah hal antara lain "health condition', yang terdiri dari "life expectancy", "child nortalility rate", "DALYs", "share of deaths by cause", "death rate attributed to unsafe water source", "health care expenditure", "Health provider absence rate", "time that doctors spend with a patient" and "what can be done".
Miskin vs kaya
Secara statistik terbukti bahwa kondisi kesehatan penduduk bumi didikte oleh keadaan perekonomian negara-negara di dunia. Negara-negara kaya menunjukkan tingkat kesehatan penduduknya lebih baik dibandingkan negara-negara miskin. Angka harapan hidup (AHH) pada tahun 2015, negara-negara berpendapatan rendah lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi. AHH adalah 50 tahun di negara-negara paling miskin berbanding 80 tahun pada negara-negara kaya.
Infant mortality rate, IRR, tergolong tinggi pada negara-negara berpendapatan rendah. Di negara-negara Afrika yang berdekatan dengan gutun Sahara IRR lebih dari 10 persen dibandingka dengan angka IRR kurang darib1 persen pada negara-negara kaya.