Bismilah,
Hidup di dunia ini semuanya hanyalah relatif dan semu belaka. Kenapa relatif karena tidak ada yang mutlak. Kenapa semu karena Allah ciptakan manusia dengan ukuran tetapi ukuran itu sangat sering tidak difahami dengan baik bahkan sering dipalsukan. Tulisan ini mencoba mengajak merenung tentang indikator apa saja yang dapat dijadikan pedoman apakah kita hidup ini di dunia ini sukses.
Jika Harta sebagai indikator
Jika harta digunakan sebagai indikator sukses maka tidak akan adalagi orang sukses hidup di dunia ini karena hanya orang yang kaya sajalah orang sukses. Sayangnya orang kaya seperti Qorun atau qorun-qorun kecil termasuk orang gagal. Buktinya? qorun dimurkai oleh Allah swt dengan jalan dimasukkan ke dalam perut bumi.
Suatu hal yang umum terjadi bahwa orang jadi kaya akan meniru sifat qorun besar juga. Apa sifat qorun yang menyebabkan dia gagal di sisi Allah swt adalah karena dengan diberi Allah swt harta yang banyak dia sombong. Qorun diminta nabi Musa untuk membayar zakat tetapi dia menolak. Apa alasan qorun menolak? Karena dia bilang bahwa dia jadi kaya bukan karena anugerah Allah swt tetapi karena kerja kerasnya dan ilmumya.
Maka siapa saja di dunia ini jika sudah kaya akan bersifat sombong seperti qorun itu juga. Mereka, mungkin juga saya dan pembaca, mempunyai sifat sombong, tamak, enggan berbagi. Kalaupun berbagi akan bersifat riya' dan sering mengungkit-ungkit.
Jika Kuasa sebagai indikator
Manusia yang paling sukses di muka bumi ini jika kekuasaan sebagai indikator sukses adalah Fir'aun laknatullah. Tetapi dia gagal di sisi Allah swt. Kenapa? Karena meskipun lama ia berkuasa tidak cukup waktu bagi untuk mengakui tuhan sebagai rabbnya. Dia bahkan menyombongkan diri dan mengaku sebagai tuhan semesta alam.
Sifat sombong karena berkuasa ini akan dimiliki oleh orang-orang yang diberi kekuasaan. Firaun melakukan apa saja untuk melanggengkan kekuasaannya. Dia diberi waktu oleh Allah untuk berkuasa 2/3 luas bumi ini selama 350 tahun. Setelah itu jasadnya diabadikan sampai kiamat sebagai orang yang dimurkai Allah.
Sifat-sifat fir'aun ini akan dimiliki oleh orang-orang yang berkuasa di bumi manapun. Tidak heran jika sahabat nabi Salman Al-farisi berkata bahwa jabatan atau kekuasaan itu manis di pangkal atau pada permulaan tetapi pahit di ujung. Banyak manusia jika sudah berkuasa enggan turun. Jika tahu dia turun maka dia akan usahakan agar istri, anak, menantu untuk berkuasa agar dia masih bisa merasakan kekuasaan itu sampai waktu lama. Pada hal melalui kekuasaan tidak ada jaminan orang jadi sukses. Karena sukses itu bukan dari lamanya berkuasa atau luasnya wilayah yang kita kuasai bahkan lamanya kita berkuasa.
Jika kepandaian sebagai indikator