Lihat ke Halaman Asli

Supli Rahim

Pemerhati humaniora dan lingkungan

Curhatan Orangtua Murid pada Masa Pendemi

Diperbarui: 16 Juli 2020   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Bismillah,

Sebagian rangtua yang anaknya sekolah pada masa pandemi punya beragam cerita. Dari banyak status di medsos saya membaca kesedihan yang dialami oleh para orangtua. Tentu tidak semua orang tua yang bersedih. Tetapi tulisan ini fokus kepada curhatan orangtua murid yang ada masalah saja.

Sekolah Saat Pademi

Sudah jadi rahasia umum bahwa di seluruh dunia bahwa sejak pandemi covid 19 merebak pada akhir Maret 2020 telah melangsungkan sekolah online (learning from home, LFH). Sementara para orangtua melakukan "work from home (WFH)". Maka belajar dari rumah itu tidak semuanya membuat para orangtua "happy" Banyak yang tidak "happy". Kenapa? 

Ternyata belajar dari rumah itu membuat duka para orangtua dan murid.

Pertama, banyak keluarga tidak memiliki HP yang memadai. HP mereka tidak punya internet. HP mereka jadul. Saya pernah bertanya kepada pembantu di rumah kami yang anaknya tidak punya HP. Sedih anak-anak mereka karena tidak bisa mengikuti pelajaran.

Kedua, kalau ada HP beli kuota mahal. Jangankan beli kuota pak kata mereka. Makan saja susah.

Ketiga, sinyal yang susah ditangkap. Sinyal sudah jadi rahasia umum. Rumah yang punya wifi saja sering sinyalnya lemah. Apalagi mereka yang punya paket internet sedikit. Sudah bisa dibayangkan bagaimana belajar dengan paket internet terbatas jika file dari guru besarnya dalam puluhan megabite.

Keempat,  gagap teknologi. Gagap teknologi bukan hal aneh. Untuk berbagai moda pembelajaran tidak serta merta bisa diikuti oleh para siswa yang HPnya ketinggalan.

Kelima, adanya imbas kesehatan bagi anak karena lamanya durasi pemakaian HP- mata berair, tak fokus belajar dsb. Penderitaan demi penderitaan sudah dialami oleh para anak sekolah dalam masa pandemi ini. Belum lagi gizi terbqtas, bermain kurang dsb.

Keenam, sulitnya berkomunikasi antar teman. Bagi murid yang agak telat mikir, mereka perlu teman untuk belajar. Sering tugas kelompok harus mereka lakukan. Kesusahan mengontak teman itu menjadi duka tersendiri karena paket terbatas dan pulsa juga terbatas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline