Lihat ke Halaman Asli

Supli Rahim

Pemerhati humaniora dan lingkungan

Izinkan Kami Buang Air di Kanal

Diperbarui: 8 Januari 2020   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pri

Bismillah, Alhamdulillah, allahumma shaliala Muhammad 

Pagi ini saya bersyukur ada kesempatan untuk jalan jalan ke kanal yang mengalirkan air dari komplek perumahan kami tepatnya komplek perumahan bukit sejahtera Palembang. Kanal ini sedang dinormalisasi menggunakan eksavator amphibi. 

Hanya yang menarik adalah bahwa kanal yang letaknya paling timur komplek bukit sejahtera itu penuh dengan sampah, eceng gondok dan sejumlah kakus Cemplung. Sekilas WC itu "sangat sehat" karena berada di tengah "sungai" yang berdimensi lebar 6 meter.

Dok pribadi. Bersama Akas Rusli

Saya bersama ketua forum komunikasi warga perumahan bukit sejahtera Palembang Drs Rusli Nawi, MM menyempatkan diri berkeliling ke beberapa rumah penduduk dan terlibat dalam pembicaraan santai. Beberapa mereka merasa senang karena tinggal di sekitar kanal pembuangan air limbah dari komplek perumahan mewah itu.

Rumah mereka langsung menghadapi kanal yang penuh eceng gondokmdan sampah itu. Saya sendiri miris dan merasa bersalah karena itu tidak patut. Mereka mestinya diberi jalan yang layak. Kenyataannya rumah mereka menghadap ke kanal yang busuk, penuh gulma dan tidak sedap di pandang mata.

Saya dan ketua fkw PBS. Dok.pri

Selama jalan-jalan ke sepanjang kanal itu saya menyaksikan bahwa di kiri kanan kanal itu ada rumah penduduk yang tidak beraturan, kumuh dan tanpa penataan. Saya menerawang jauh melihat ke atas langit sambil menunduk sedih. Sebagian menghadap ke kanal kumuh itu, banyak juga yang membelakangi kanal. 

Yang membelakangi kanal itu lain lagi. Mereka membuat WC di atas kanal yang banyak gulma itu. Pihak dinas pekerjaan umum atau jabatan kerja raya jika di Malaysia sedang berusaha menyelesaikan pekerjaan normalisasi kanal yang mengangkut air limpasan dan air limbah dari komplek bukit sejahtera dan sekitarnya itu. 

Hanya saja saya merenung kapankah pekerjaan itu selesai. Mengapa? Karena operatornya datang terlambat dan bekerjanya sangat slow. Saya bahkan mengusulkan kepada ketua fkw PBS agar menggaji atau mengupah penduduk setempat untuk mempercepat pekerjaan.

Kanal ini mungkin mempunyai panjang 1000 meter. Jika pakai eksavator hanya dua puluh meter per hari berarti perlu waktu 50 hari kerja untuk menyelesaikan normalisasi kanal itu. 

Jika dilakukan kerja bakti oleh penduduk setempat mungkin jauh lebih cepat. Hanya memang mengangkat lumpur.itu tidak mudah dilakukan dengan tangan manusia. Semoga saja dinas PU, pengembang dan FKW PBS bisa mempercepat pekerjaan normalisasi tersebut dengan izin Allah.

Wallahu alam bishawab.

Bukit sejahtera, 8.1.2020

Alfakir,
Supli Effendi Rahim




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline