Lihat ke Halaman Asli

Supli Rahim

Pemerhati humaniora dan lingkungan

Kesehatan Lingkungan: Masih Banyak Permasalahan yang Belum Mampu Diatasi

Diperbarui: 14 November 2019   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi

Bismillah, Alhamdulillah, Allahummashaliala Muhammad.

Kesehatan lingkungan atau enviromental health merupakan suatu disiplin ilmu dan seni mengelola lingkungan dalam upaya mewujudkan kondisi lingkungan yang sehat, bersih, nyaman dan sehat. Tulisan ini mencoba memaparkan tentang sejumlah permasalahan dalam pengelolaan kesehatan lingkungan.

Menurut WHO (World health organization), kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologis yang harus tercipta di antara manusia dengan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat optimal manusia. 

Di antara 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO  ada sejumlah aspek yang belum terkelola dengan baik di banyak wilayah tanah air. Pertama, penyediaan sumber air minum. Kedua, pengelolaan air buangan. Ketiga, pembuangan sampah padat. Keempat, pengendalian vektor. Kelima, pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah. Keenam, hygiene makanan. Ketujuh, pengendalian pencemaran udara. Kedelapan, kesehatan kerja. Kesembilan, pengendalian kebisingan. Kesepuluh perumahan. Kesebelas, perencanaan daerah dan perkotaan. Keduabelas, pencegahan kecelakaan. Ketigabelas, rekreasi umum dan pariwisata. 

Permasalahan kesehatan lingkungan yang banyak muncul dan jauh dari tuntas dalam penanganannya adalah pada kawasan kumuh dan padat penduduk. Ini terjadi tidak saja di perkotaan tetapi juga di wilayah pedesaan.

Sejumlah mahasiswa dan dosen  kami di Pascasarjana kesehatan masyarakat STIK Bina Husada kami tugaskan untuk meneliti permasalahan kesehatan lingkungan di sejumlah daerah.  Pada awal tahun 2019 Tri Ayu Lestari  dkk meneliti persoalan implementasi kebijakan Sanitasi berbasis Masyarakat dan buang air besar sembarangan. 

Tri Ayu Lestari dkk menemukan bahwa sanitasi berbasis masyarakat di sebuah desa di Musi Rawas Utara belum diterapkan dengan baik karena rendahnya komitmen para pihak terkait, kurangnya komunikasi dengan masyarakat, sikap para implementator yang perlu diubah. Dari penelitian Tri Ayu ini juga diketahui bahwa program yang diharapkan dapat merubah prilaku penduduk terhadap lingkungan yang sehat masih perlu waktu untuk berhasil dengan baik.

Mahasiswa lain yang meneliti permasalahan kesehatan lingkungan adalah Citya Fatma dkk dan Devi Oktaviani dkk. Kedua kelompok peneliti ini meneliti penerapan implementasi hygiene sanitasi di sejumlah rumah makan di kota Lahat. Kedua kelompok peneliti ini menemukan kenyataan bahwa kebijakan sanitasi hygiene belum seutuhnya diterapkan di rumah makan di lahat. 

Citta dkk menemukan bahwa adanya E coli pada air minum di sejumlah rumah makan di Lahat sebagai konsekuensi logis dari belum diterapkannya permeskes yang mengatur sanitasi hygiene pada rumah makan. Citya dkk menemukan bahwa kurangnya fasilitas sanitasi, sikap penjamah makanan dan penyimpanan air merupakan faktor dominan penyebab ditemukan mikroba dalam air minum. 

Devi Oktaviani dkk menemukan adanya e coli pada makanan sebagai konsekuensi dari belum diterapkannya Permenkes tentang sanitasi hygiene dan rendahnya mutu air bersih. 

Aspek kesehatan lingkungan yang tidak luput dari para peneliti kami adalah hubungan kriteria rumah sehat dan ISPA pada bayi di Puskesmas Talang Betutu Palembang. Kelompok peneliti ini adalah Sri Martini dkk. Sri dkk menemukan bahwa dari 30 bayi yang diteliti ada 16 yang mengalami ISPA akibat dari rendahnya pencahayaan, debu, kurangnya ventilasi, asap rokok dan kepadatan hunian. Ini semua menggambarkan bahwa rumah yang didiami para bayi yang terjangkit ISPA itu tergolong tidak sehat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline