Lihat ke Halaman Asli

Supli EffendiRahim

pemerhati lingkungan dan kesehatan

Meneladani Nabi Ibrahim adalah Tips dalam Mendidik Anak-anakku

Diperbarui: 9 Juni 2021   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bismillah,

Dimasukkan oleh ayah di sekolah dasar islam yakni Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM), penulis memang sangat senang. Kala itu umur penulis adalah 6 tahun. Bermodalkan banyak cerita oleh kakek, ayah dan paman, penulis merasa percaya diri menjalani pendidikan di madrasah. Hari-hari kami dihidangi dengan tulisan Arab melalui pelajaran agama islam yang meliputi alquran, alhadist, tajwid, bahasa Arab, tauhid, fiqih islam dsb. Penulis menjadi sangat termotivasi untuk menjalani pendidikan di Pendidikan Guru Agama jika kelak telah menamatkan MIM.

Nabi-nabi teladan kami

Di madrasah, cerita para nabi adalah makanan hari-hari yang dinarasikan oleh para guru. Tibalah suatu hari guru kami menceritakan kisah nabi Ibrahim, istri dan anak-anaknya. Nabi Ibrahim diceritakan adalah sosok yang awalnya mengalami proses panjang untuk mencari tuhan sebelum dia menjadi bapak tauhid, mengesakan Allah.

Nabi Ibrahim pernah menganggap bulan sebagai tuhan karena memberi cahaya atau penerangan pada malam gelap gulita. Tetapi ketika bulan tenggelam Ibrahim kecil menganulir sebagai tuhan karena ia tenggelam. Besok paginya Ibrahim menganggap matahari sebagai tuha karena lebih besar dan bahkan sangat besar. Namun Ibrahim juga menganulir matahari sebagai tuhan karena sore hari ia tenggelam.

Akhirnya Ibrahim memperoleh petunjuk Allah ketika dia berujar "Sesungguhnya saya hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam keadaan tunduk dan aku bukanlah dari golongan orang-orang musyrik. 

Nabi Muhammad saw ternyata melanjutkan 

anan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline