Lihat ke Halaman Asli

Supli rahim

Penulis dan dosen

Sejumlah Mimpi Baru Dr Fathoni Rodli Ketua Umum ADRI

Diperbarui: 25 Mei 2022   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bismillah,

Dr Fathoni Rodli, Ketum ADRI melakukan kunjungan ke Bandung. Setelah bernostalgia dg prof Hasan dalam pengabdian di pendidikan tinggi baik sebagai kolega saat beliau Pembantu Rektor I UPI, Bersama dlm Tim konsultan International di World Bank, IDB, ADB, Kemdikbud, kemenag, Kemdagri dll maka diskusi tersebut menghasilkan sejumlah mimpi yang diharapkan dapat diwujudkan bersama oleh keluarga ADRI ke depan.

[Pertama. Perlunya obyek dan kawasan atau jalur pengabdian  diluar Tridharma PT.
Hal menyambut terbitnya 4 jalur Percepatan Professor yakni Jalur Akademik, Jalur Profesi dan Jalur Prakstisi serta jalur Penghargaan.
Salah satu nya dalam bentuk portofolio dari aktivitas  professional yakni dosen yang menjadi Konsultan.

Sayang nya peran Konsultan cenderung yg dapat apresiasi adalah konsultan Luar Negeri dan Honor nya pun berlipat dibanding Konsultan DN. 

Maka ADRI harus terlibat sbg Tenaga Ahli setiap proyek pemerintahan maupun proyek kolaborasi International.
Beruntung kita masih mempertahankan *Ahli* dalam ADRI karena konsultan itu dikatagorikan Expert atau Ahli.
Termasuk memperjuangkan honor yg setara antara tenaga Ahli  LN dan LN.


[Kedua. Perjuangan politik akademik dan politik pendidikan sbg implementasi dari Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa yakni Indonesia, menjadi hal fundamental sbg semangat perjuangan warga bangsa. Yakni Perjuangan membudayakan Bahasa Indonesia yang sudah menjadi keputusan politik asosiasi negara negara ASEAN bahwa BAHASA INDONESIA Sebagai BAHASA RESMI ASEAN.

Berbagai strategi pembinaan berbahasa Indonesia di ASEAN telah dilakukan oleh berbagai pihak namun perjuangan kebudayaan berbahasa Indonesia sudah mengendor, dan terjebak dalam perjuangan pendidikan menjadi operator  teknologi sebagai operator pelanggan atau pasar produk teknologi dan mengabaikan local wisdom. 

Indonesia sbg Market terbesar dari market place digital terbesar tanpa sadar menjebak serta menyamarkan pemasaran produk luar negeri sbg perampokan devisa ke luar negeri melalui digital marketing.
Bahkan produk dan karya anak bangsa baru dibina dalam pengembangan start up tanpa peduli suistanable bisnisnya.

Megaverse telah mulai di gaungkan bukan oleh dosen justru oleh presiden, menteri nya yang terkesan  menjadi  propaganda perusahaan besar asing dari Amerika dan Cina yg tahu Indonesia big market.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline