Bismillah,
Jalan hidup manusia tak ada yang tahu. Penulis dilahirkan di kampung Lubuk Langkap Air Nipis Bwngkulu Selatan. Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah di sini. Hidup penulis sangat erat dengan kondisi kampung ini. Kini menjadi wisata pemandian yang terkenal di Bengkulu Selatan dan bahkan di provinsi Bengkulu. Tulisan ini mengisahkan keterkaitan penulis dengan wisata pemandian Lubuk Langkap.
Keberadaan rumah
Rumah orang tua penulis hanya 50 meter sebelahatas dari wisata pemandian lubuk langkap. Di rumah itu penulis dilahirkan, dibesarkan, diasuh dan diberi kasih sayang. Rumah itu sudah dijual dan oleh pembelinya sudah dibangun kembali menjadi rumah yang baru. Jadi rumah orang tua penulis sudah tidak ada lagi. Yang tersisa hanyalah 2 pohon kelapa yang menjulang tinggi.
Tempat mandi
Penulis dan keluarganya menggantungkan hidup pada sungai air nipis yang kini menjadi tapak wisata pemandian. Pada waktu kakek, ibu dan ayah menempati rumah di dekat pemandian ini, tempat mandi terbagi menjadi dua. Di bagian lubuk untuk perempuan, di bagian hilir sedikit untuk tempat pemandian laki-laki. Pada bagian hilir lagi dari pemandian laki-laki untuk penduduk bagian hulu kampung lubuk langkap ada lagi untuk pemandian laki-laki dan perempuan bagi penduduk bagian tengah kampung lubuk langkap.
Jalan ke sawah
Wisata pemandian lubuk langkap ini pada saat penulis masih kecil adalah jalan menuju ke sawah maupun ke kebun. Keluarga penulis mempunyai sawah di bagian hulu kampung Lubuk Langkap dengan jarak 2 km. Untuk tiba di sawah keluarga penulis perlu menyeberang sungai air nipis 3 kali. Setelah melewati sawah orang lain sebanyak 6 bidang.
Jalan ke kebun
Pemandian lubuk langkap itu juga merupakan jalan menuju ke kebun kopi milik keluarga penulis yang terletak 10 km di sebelah utara kampung Lubuk Langkap. Jalan menuju ke kebun kopi itu ada 2 pilihan yakni melalui ataran sekunyit yakni sawah keluarga penulis atau melalui persawahan palak aghahan.