Bismillah,
Alhamdulillah. Allahumma shali 'ala muhammad waala alihi muhammad. Suatu saat penulis menonton video yang dikirim teman pada grup WA kami. Video itu lucu tetapi menyayat hati. Begitulah hidup ini penuh dengan pelajaran berharga. Tulisan ini mengupas tentang pentingnya kesungguhan dalam menjalani hidup baik urusan dunia maupun urusan akhirat.
Praktek dokter gigi
Dalam film itu walau lucu tentang praktek dokter gigi. Seorang dokter yang rapi dalam penampilan tetapi tidak qualified, tidak punya skill. Dia mencoba dengan sekuat tenaga menolong pasien tetapi selalu ada masalah yang dia sendiri tidak keluar dari masalah. Ketika dia melayani pasien untuk memberinya suntikan 'painkiller" dia mengalami tusukan jarum pada tangannya sendiri yang memberikan rasa sakit.
Dalam melayani pasien itu dia membuk buku pedoman praktek dokter yang semestinya tidak dilakukan oleh dokter gigi yang sudah ada ijin praktek yang di Indonesia dikenal dengan "surat tanda registrasi", sejenis surat ijin praktek dokter. Ketika dia melanjutkan pelayanan kepada pasien untuk memeriksa gigi dengan scaler dan jarum endodontik maupin jarum anastesi. Jarum itu melukai pahanya dan berikutnya melukai keningnya.
Pasien merasa lucu sehingga lupa bahwa dia sedang sakit gigi. Pesan yang diperoleh dari ini sangat luas dan berimplikasi kepada kehidupan kita semua.
Pesan pertama, "be professional". Dokter gigi itu "memberi tahu" kita bahwa lihatlah saya begitu menderita karena selama sekolah saya tidak serius. Atau bisa juga bahwa dokter gigi bukan "passion" saya. Jika beribadah sudahkah kita khusyuk, tertib waktu, tertib tempat dan tertib cara?
Pesan kedua, dalam urusan dunia maupun urusan akhirat kita mesti ada ilmu, ada skill dan ada kesungguhan. Jika saja jadi dokter gigi yang tak punya keahlian itu sudah menyusahkan hidup yang bersangkutan, apatah lagi jika itu berkaitan dengan amal soleh kita yang lain. Kita mesti mengevaluasi bagaimana kulitas solat kita, bagaimana sedekah kita, bagaimana zikr kita, bagaimana zakat kita, bagaimana haji umroh kita, bagaimana dakwah kita.
Pesan ketiga, mumpung masih hidup di dunia, masih ada kesempatan kita untuk memperbaiki kelemahan dalam ibadah kita. Jika kita sudah dikubur, sudah di pengadilan Allah maka semua sudah terlambat.