[caption id="attachment_216988" align="aligncenter" width="400" caption="Dede Yusuf dari Wagub menuju Gubernur JABAR"][/caption] Demokrat bermasalah dan dihujat....! Beberapa analisis para fakar menyebut ini sebagai batu sandungan bahkan nasib malang bagi Dede Yusuf (DY) yang salah loncat partai. Saat ini, saya tidak terjebak dalam hujatan. Karena saya sadar, setiap kejayaan pradaban manusia lahir akan diuji arus badai tak bertepi. Fluktuasi hoki akan menimpa siapa saja. Awal reformasi menjadi orde kelam bagi Partai Golkar. Partai ini menjadi bulan-bulanan hujatan anak bangsa. Begitu juga Orde Baru menghujat PNI (induk semang PDI/P). Soal hujat-menghujat terhadap partai (berkuasa) di kita, saya rasa sudah biasa. Mungkin bagi awam akan semakin terbawa arus berita sehingga tak biasa akan kondisi ini. Di penghujung kejayaannya, partai berkuasa dibombardir sana-sini. Kader pun kocar-kacir menyelamatkan pribadi masing-masing. Malangnya, kanibalisasi antarkader terjadi. Histori terulang lagi...! Tentunya harus diingat-ingat dan disadari oleh siapapun yang nanti menjadi pemimpin partai berkuasa akan adanya "Badai Hujatan." **** Membaca analisis Tulisan Pak Prayitno Ramlan tentang Analisis Calon Pilgub Jabar. Saya pun akan menganalisis berdasarkan pengamatan saya. Beberapa kali di Desember ini, saya berkunjung ke 3 daerah Jabar. Kemudian Say Hello dengan teman-teman di Depok dan Bekasi. Termasuk bincang-bincang dengan kawan lama dari Bogor. Dan masalah politik menjadi ujung sisi menarik bentuk pertanyaan usil saya terhadap penduduk di wilayah itu. Berikut jawaban atas tanya saya: 1. Di Cianjur Di sebuah penginapan, saya bertanya langsung kepada seseorang yang kebetulan ternyata anggota PPK, salah satu kecamatan di Cianjur tentang siapa calon terkuat. Jawabannya, "Dede Yusuf dan Ahmad Heryawan (AH)!" Alasannya, Warga Jabar tahu Dede Yusuf ketika menjabat dan sering blusukan ke daerah-daerah di Jabar. Bahkan ada acara menginap di warga segala. PDKT ini dilakukan DY sebelum hingar-bingar Pilgub ini ditabuh. Warga Jabar pun mengenal DY, sosok familiar dengan smile-khasnya yang selalu mengembang saat menyambangi warga. Ini salah satu kelebihan DY dari calon lain yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Menurutnya pula, kemenangan pasangan AH + DY pada 2004. Tak lepas dari peran kunci populeritas DY juga kedekatan dengan rakyat. Kemudian AH, tentu kita tahu bahwa beliau petahana. Sudah diakui suara birokrat bisa menjadi kekuatan terberat lawan-lawan di setiap Pilkada. Apalagi (kalau) gandengannya Deddy Mizwar. Populeritasnya tak diragukan lagi sebagai selebritis dengan karir yang lurus dan mulus. Ini energi kekuatan terkuat bagi Paslon petahana ini. Yang lain, belum terlihat sih di awal Desember ini. Entah nanti menjelang hari H. Akankah Neng Oneng mengejarnya? Sedangkan Kang Yance dan Pak Didik tak dikomentarinya. 2. Di Cirebon Empat hari lalu saya ziarah ke Makam Kanjeng Sunan Gunung Jati, Cirebon. Usai ziarah, iseng-iseng saya tanya calon kuat Pilgub pada tukang Somay di sekitar lokasi. Tukang Somay aseli Cirebon itu menjawab. "Yang terkuat di sini pertama, Si Oneng. Kedua, Dede Yusuf. Ketiga dan keempat, Kang Yance dan Ahmad Heryawan. Kang Yance yang mantan Bupati Indramayu, kan?" Balik tanya ke saya. Kelima, tak disebutkan. Sepertinya, tukang somay itu tidak tahu nama aseli Yance. Saat saya melintasi jalan di Cirebon memang diakui Baligho dan Spanduk. Oneng dan Yance banyak tersebar di daerah ini. Mungkin saja Oneng dan Yance kuat di daerah ini. Tetapi, DY masih bertengger diurutan terkuat dua versi tukang somay. Pendapat tukang Somay ini juga diamini oleh tukang gorengan yang ikut nimbrung bincang-bincang usil saya. WalaupunTukang Gorengan yang Aseli Indramayu juga menjagokan Yance, di posisi kedua dan DY ketiga. 3. (Di) Bogor Perbincangan saya tidak dilakukan di Bogor tetapi di Tangerang. Tepatnya di Saung NCR, Sukamulya. Setadinya, saya tidak tahu bahwa Kakak kelas saya (sebut saja kawan lama) ini ternyata anggota PPS di Kabupaten Bogor. Dia sudah lama sekali menjadi warga Bogor. Tanya usil pun meluncur. Jawabannya, "DY kuat hampir imbang dengan AH. Disusul Oneng." Yance dan Didik tak diomong. Di samping itu, Saya pun bertanya ngobrol sama orang yang nongkrong dekat tukang rokok, Pasar Ciawi. Saat kami Raker di sana se-Minggu yang lalu. Jawabanya hampir mirip dengan teman saya. DY terkuat, Oneng dan AH bersaing ketat di urut ke-2 dan/atau ke-3. Yance berikutnya dan didik di penutup. 4. Hallo Depok Di pertengahan Minggu Desember, saya telpon kangen dengan kenalan (lebih tepatnya kawan lama). Ujungnya kena usil pertanyaan saya. Jawabanya, "Kayanya, Pak Heryawan masih kuat di sini..." Jawabannya ditimpah tanya saya, "Bukan karena kamu PKS, kan?" Timpalnya, "Serius ini objektif. Setelah itu, DY, Oneng, AH, dan dr Golkar" Yance tak dikenalnya sebab nama sebenarnya tidak populer. Didik juga tak diomongnya. Saya rasa Wajar kalau AH masih kuat di Depok. Sebab kota ini merupakan Basis PKS yang sangat militan. Boleh juga kita katakan sebagai daerah pendulang suara bagi PKS. Di perbatasan ini jika mesin PKS maksimal dan solid, AH dipastikan akan menang. Pungkas kawan diujung Handphone. 4. Ping Bekasi 2 hari lalu saya saling kirim BBM dengan teman dari Bekasi. Tanya usil saya dijawabannya, "Oneng--DY--AH--Yance--Didik". Posisi pertanyaan mendalam tidak saya teruskan karena saya tahu dia sedang sibuk bekerja dan saya tidak mau komentar lagi sebab memberinya peluang subjektif atas jawaban teman. Saya hanya minta jawaban jujur hasil tangkapan matanya. Mungkin wajar jika bekasi terlihat Oneng Kuat. Sebab kita tahu efek Jokowi masih kuat sebagai pemimpin sahaja di mata masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Termasuk Bekasi yang bertetangga dengan DKI Jakarta. Mudah-mudahan saja Jokowi bisa Kampanye di sini. Jangan sampai seperti di Tangerang ketidakadaannya pada kampanye Pilbup Tangerang akibat Jakarta dikepung Banjir atau masalah lain Jakarta yang bejibun. **** Pembicaraan saya di atas, tidak dikategorikan sebagai survey. Tetapi ini menjadi gambaran awal pandangan awam terhadap peta kekuatan masing-masing Paslon Pilgub Jabar. Potret jawaban kejujuran ini tidak menjadi acuan kemenangan seperti dalam survey dengan Metode dengan tingkat margin error-nya. Ini kejujuran warga di lapangan saja walaupun kesahihannya masih sangat diragukan. Tetapi setidaknya mendekati hasil survey yang dilakukan berbagai lembaga survey. Suara DY kuat dan semakin diperhitungkan. Gaya performansi kepemimpinan DY diakui oleh warga dan sekaligus diapresiasi perannya sebagai Wagub Jabar pada periode yang lalu. Adapun mengenai gonjang ganjing partai yang ditumpangi DY, saat ini. Tidak jadi masalah. Peran partai di Pemilu maupun di Pilkada, terutama pada saat sosialisasi Paslon dan menjadi pilihan warga pada hari pemungutan, pengaruhnya tidak signifikan. Yang paling signifikan adalah Citra Tokoh sehingga populeritas sinkron dengan elektabilitasnya. Simpel saja, foto yang dipampang di banner itu pun akan dikomentari warga di pos ronda. Ini serius, kewibawaan calon saat fotonya disebar via banner pun menjadi salah satu acuan pilihan warga, ketimbang kemashuran partai pengusung. Warga memantas-mantas diri calon pemimpinnya. Masa calon kepala daerah seperti foto model majalah sampul. Dan sekali lagi, ini keunggulan juga bagi DY dalam merebut Jabar 1. **** Jika tebakan saya ini menunjukkan nilai positif kemenangan DY pada Pilgub Jabar (24/02/2013) nanti. Adalah seperti matahari terang sebelum PD jatuh terbenam ke di ufuk barat. Bagi partai berlambang bintang kejora yang saat ini masih mencari tokoh untuk diusung di 2014. DY akan muncul sebagai tokoh alternatif PD 2014 jika menang lomba kontes Jabar awal 2013. Kita tahu, sebagian besar tokoh muda cemerlang PD saat ini sudah hampir redup ditikam badai. Memang ada Marzuki Alie yang berkibar di belantara Jakarta tapi dia pun beberapa kali dihempas badai karena tak sanggup menjaga mulut. Pernyataan dibeberapa tragedi akan dijadikan black campaign ampuh di 2014. DY, akan tampil sebagai calon pemimpin muda PD dengan bintang kejora bersinar ditengah galaksinya yang hampir pudar. Setidaknya, Pak SBY masih ada harapan bernafas partai binaannya masih bisa bercokol di bursa RI1 atau RI2. Tidak RI1, RI2 juga tidak apa-apa. Yang penting ada. Yang penting mesin partai masih bisa berputar dan ada harapan hidup untuk dimainkan, 2019. Tinggal mesin PD dipanaskan. Jika ingin main di 2014 setidaknya tulisan ini menggugah kader PD bahwa ternyata masih ada harapan yang tersisa. Masih ada tokoh cemerlang di antara yang bergelimpang. Jangan lantas setelah tulisan ini dipublish KANIBALISASI DILEGALISASI DI INTERN PARTAI. Sudah saatnya kader partai rekonsiliasi. Bila perlu Pak SBY panggil seluruh Kader PD terbaik di Nusantara dan perintahkan kepung JABAR...! Daripada menjadi PARTAI MEKAR SEBENTAR, SETERUSNYA PUDAR...! Setelah Jakarta tak bisa dikuasai. Tak ada lagi pilihan lain bagi PD untuk gerilya keluar ibukota. Anas Urbaningrum sebagai politisi kawakan akan lebih paham peta penyerangan dalam memenangkan pertempuran. Sebab jika AU lambat saja melakukan gerakan penyerangan. Peta PD ke depan akan berubah muram. Kecuali Politik "TIJITIBEH" telah merasuk ke dalam sanubari setiap kader partai ini. Saya bukan anggota, pengurus apalagi simpatisan Partai Demokrat juga bukan simpatisan apalagi Tim Sukses Dede Yusuf di Pilgub Jabar. Saya warga Tangerang-Banten yang tak ada kaitannya dengan hiruk pikuk Pilkada Jabar apalagi kenal dengan Dede Yusuf. Cuma saya menghirup aura kemenangan DY di Pilgub Jabar. Sanggupkah DY menjadi JK, sang penyelamat muka partai, nanti ? *** Wallohualam bi sowab.... Ket. Foto: http://www.bogornews.com/berita-648-dede-yusuf-lantik-dadang-m-nasser.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H