Lihat ke Halaman Asli

Supiati Abdullah S Ag MSos

Penyuluh Agama Madya Kantor Kementerian Agama Kota Banda Aceh

Membangun Generasi Peneliti yang Hebat Mulai dari Rumah

Diperbarui: 7 Desember 2024   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixabay.com/photos/child-girl-young-caucasian-1073638/

Ketika mengenang perjalanan menulis skripsi, kita sering kali teringat pada momen-momen menantang sekaligus berharga: menentukan topik, menggali data, dan menyusun hasil penelitian. Namun, pernahkah kita menyadari bahwa rasa penasaran yang membawa kita ke dunia penelitian itu sebenarnya telah tumbuh sejak kecil?

Sebagai seorang ibu, saya melihat sendiri bagaimana kepekaan anak terhadap hal-hal di sekitarnya bisa menjadi landasan yang kuat untuk membangun minat di bidang penelitian. Pengalaman ini saya alami bersama anak bungsu saya. 

Dengan waktu luang yang lebih banyak bersamanya, saya mulai mengarahkan rasa ingin tahunya pada hal-hal yang ia minati. Tidak lama kemudian, terlihat jelas bahwa ia mulai menunjukkan ketertarikan pada ilmu sosial---suatu bidang yang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan besar tentang manusia, masyarakat, dan dinamika di antara keduanya.

Kepekaan Ingin Tahu adalah  Awal dari Segala Penemuan

Anak-anak memiliki rasa ingin tahu alami yang sering kali terlihat dalam pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti, "Kenapa orang-orang punya pendapat berbeda?" atau "Bagaimana seseorang bisa memimpin kelompok?" Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya memperlihatkan minat, tetapi juga potensi untuk berpikir kritis. Dalam ilmu sosial, rasa ingin tahu ini dapat berkembang menjadi minat terhadap isu-isu besar, seperti keadilan sosial, hak asasi manusia, atau dinamika hubungan antarindividu.

Jika rasa ini terus diasah, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang tak hanya mencari jawaban, tetapi juga mampu menawarkan solusi untuk masalah-masalah kompleks.

Melatih Kepekaan Anak dengan Pola Pertanyaan Berulang

Melatih pola pikir kritis anak bisa dimulai dari aktivitas sehari-hari. Saya mencoba beberapa pendekatan yang sederhana namun efektif, antara lain:

  1. Memulai dengan Pertanyaan Nyata;
    Saya mengarahkan rasa ingin tahu anak pada pertanyaan seputar kehidupan sosial.,"Kenapa orang-orang punya budaya yang berbeda?" "Apa yang membuat suatu keputusan menjadi adil?"
  2. Mendorong Anak untuk Menjawab;
    Setiap jawaban, apa pun bentuknya, saya apresiasi. Dengan begitu, ia merasa dihargai dan terdorong untuk terus berpikir.
  3. Mengembangkan Pertanyaan Lanjutan;
    Pendekatan ini membantunya memahami isu lebih dalam.  Anak: "Orang punya budaya yang berbeda karena mereka tinggal di tempat yang berbeda."
    Saya: "Kalau begitu, kenapa budaya itu penting bagi mereka?"
  4. Mendukung Eksperimen Sosial Sederhana;
    Misalnya, saya mengajaknya untuk mengamati interaksi di taman bermain atau mengumpulkan pendapat dari teman-temannya tentang topik tertentu. Dari situ, ia belajar membuat hipotesis kecil dan mencari pola.
  5. Membiasakan Diskusi Harian;
    Diskusi sederhana saat makan malam atau sebelum tidur saya gunakan untuk menggali pikirannya lebih jauh.

Nilai Penelitian yang Ditumbuhkan di Rumah

Dalam penelitian ilmu sosial, ketekunan, empati, dan analisis adalah elemen kunci. Semua nilai ini bisa dibangun melalui interaksi harian:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline