Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Pelajaran dari Fakhri Husaini untuk Pelatih Usia Dini dan Muda Indonesia

Diperbarui: 20 Agustus 2019   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Sportku.com

Terlepas dari siapapun lawan yang dihadapi, keputusan berani nakoda Timas U-18 Fakhri Husaini dengan mengganti nama-nama pemain yang biasa mengisi dan menghuni starting eleven, menjadikan Garuda Nusantara meraih kemenangan telak 5-0 sekaligus menggondol peringkat ketiga Piala AFF U-18 2019.

Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Itulah kata-kata yang tepat diapungkan kepada Fakhri Husaini yang secara tidak langsung dapat dijadikan pembelajaran oleh seluruh pelatih di Indonesia, khususnya pelatih usia dini.

Dengan tidak melihat dari mana asal pemain dan bagaimana jam terbang dan pengalamannya, maka semua pemain yang telah dipilih masuk skuat timnas, memiliki kesempatan yang sama untuk unjuk gigi dan kemampuan.

Keputusan Fakhri yang tidak harus menuruti pakem dan nama besar pemain, membuat David Maulana dkk turun gelanggang lebih digdaya dibanding saat meladeni Malaysia.

Sekurangnya mengganti tiga pemain yang selalu dianggap skuat utama, nyatanya menjadi solusi dan cemerlangnya permainan tim, karena tiga pemain yang sepanjang babak penyisihan dianggap sebagai pemain cadangan atau kelas dua di timnas, nyatanya dapat berbuat lebih baik, tim tetap seiimbang dan justru lebih tajam.

Andai saja saat.menghadapi Malaysia, Timnas turun dengan tim yang sama dari awal laga seperti melawan Myanmar, minus Rizky Ridho yang terakumulasi kartu kuning, yakin dengan kinerja tim yang seluruh personalnya tidak egois, bermain cerdas, dan mengutamakan permainan dan kekompakan kolektivitas tim, bukan muatahil, Timnas U-18 masuk babak final dan sangat mungkin dengan tim yang sama, juga menjungkalkan Australia di babak final.

Malaysia yang menggilas Australia di fase grup dengan tiga gol tanpa balas, nyatanya tumbang di tangan Australia di final dengan gol tunggal. Padahal Malaysia menang versus Indonesia juga hanya dengan gol-gol hadiah dari pemain belakang Indonesia.

Sementara, Myanmar disingkirkan Australia di semi final pun hanya dengan kemenangan tipis 2-1. Jadi secara matematis, Garuda Nusantara sangat masuk akal dapat menyingkirkan Australia di babak final andai saat babak semi final pemain Indonesia yang diturunkan adalah sama dengan tim saat mengempaskan Myanmar (minus Rizky).

Kebijakan Fakhri dengan tidak memainkan pemain yang tidak bermain cerdas intelegensi dan personaliti, serta egois saat menghadapi Myanmar, adalah keputusan sangat cerdas.

Untuk apa mempertahankan pemain dalam strating eleven bila pemain malah merugikan tim. Tidak dapat memecah kebuntuan, tidak dapat bermain secara tim, dan tidak dapat membantu mengubah hasil pertandingan. 

Ayolah seluruh pelatih pembina usia dini dan muda di Indonesia, jangan pernah egois dan memandang sebelah mata pemain yang ada dalam tim yang Anda pegang, jangan underestimete (meremehkan), karena mereka masih berkembang. Kebintangan, unggul skill dan teknik saja tidak cukup bila tidak diimbangi oleh kecerdasan intelegensi dan personaliti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline